Salam dan Al-Ikhlas sebelum Masuk Rumah
Dalam kitab tersebut, Sayyid Muhammad bin Ali menceritakan bahwa suatu saat datang kepada Rasulullah seorang laki-laki, dengan tujuan untuk mengadukan nasibnya.
Dalam pertemuannya, laki-laki itu menceritakan kepada Rasulullah bahwa dirinya tumbuh menjadi seorang fakir miskin yang hidupnya tidak memiliki penghasilan sedikit pun, kebiasaannya sehari-hari selalu bergantung kepada orang lain; terkadang meminta, kadang juga berutang.
Mendengar kisah kehhidupan laki-laki tersebut, Rasulullah kemudian memberikan tips agar terhindar dari hidup dalam keadaan fakir miskin. Rasulullah bersabda,
اÙذَا دَخَلْتَ مَنْزÙÙ„ÙŽÙƒÙŽ ÙَسَلÙّمْ، اÙنْ كَانَ ÙÙيْه٠أَØَدٌ، وَاÙنْ لَمْ ÙŠÙŽÙƒÙنْ ÙÙيْه٠أَØَدٌ ÙَسَلÙّمْ عَلَيَّ وَاقْرَأَ (Ù‚Ùلْ Ù‡ÙÙˆÙŽ الله٠أَØَدٌ) مَرَّةً وَاØÙدَةً
Artinya, “Apabila engkau memasuki rumahmu maka (ucakanlah) salam jika di dalamnya ada satu orang, dan jika tidak ada seorang pun di dalamnya, maka (ucapkanlah) salam kepadaku (assalamu alaika ya Rasulallah) dan bacalah (qul huwa Allahu Ahad) satu kali.†(Sayyid Muhammad bin Ali Khirrid, al-Wasailusy Syafiyah fil Adzkarin Nafi’ah wal Auradil Jami’ah [cetakan pertama: 1405 H], halaman 471).
Sebagai umat Islam, ketika laki-laki tersebut mendengar penjelasan Rasulullah, ia sangat bangga dan bersedia untuk melakukan apa yang telah dijarakah oleh nabi akhir zaman itu.
Ia pun pulang dengan sangat lega, meski materi berupa uang dan sesamanya tidak ia terima dari Rasulullah, akan tetapi dengan bacaan itu sudah melebih materi berupa dunia dan isinya.
Sampai di rumah, laki-laki itu langsung mengamalkan apa yang ia terima dari Rasulullah, bahkan ia dengan istiqamah membaca salam ketika hendak masuk ke dalam rumahnya, jika ia tahu di dalam ada orang, dan membaca salam kepada Rasulullah jika tidak ada seorang pun, kemudian dilanjut dengan membaca surat Al-Ikhlas. Alhasil, Allah memberikan rezeki melebihi apa yang diinginkan sebelumnya,
Ùَأَدَرَّ الله٠عَلَيْه٠الرÙّزْقَ، Øَتَّى Ø£ÙŽÙَاضَ عَلَى جÙيْرَانÙه٠وَقَرَابَاتÙÙ‡Ù
Artinya, “Maka Allah mengatur (memberi) kepadanya rezeki, hingga melimpah kepada tetangga dan kerabatnya.†(Muhammad bin Ali Khirrid: 471).
Membaca Shalawat
Masih dalam kitab yang sama, halaman yang sama, dan kisah yang juga sama, yaitu sama-sama fakir miskin. Namun kisah ini berasal dari sumber yang berbeda.