EDITOR.ID, Jakarta, – Sosok seperti apa calon Panglima TNI suksesor Marsekal Hadi Tjahjanto ke depan? Direktur Publik Watch Integrity (PWI) Edi Winarto, SH MH mengungkap bahwa salah satu kriteria calon Panglima TNI ke depan adalah figur yang mampu menjaga soliditas TNI dengan Polri yang selama ini telah berhasil dibangun Marsekal Hadi Tjahjanto.
?Calon Panglima TNI ke depan harus diisi oleh figur yang mampu melanjutkan hubungan harmonis antara TNI dengan Polri yang selama ini sudah dirajut dengan baik oleh Panglima Pak Hadi Tjahjanto,? ujar Edi Winarto di Jakarta, Rabu (2/6/2021)
Edi Winarto, SH MH (Direktur Publik Watch Integrity#PWI) mengatakan kenapa ini menjadi syarat mutlak untuk calon Panglima TNI?
?Karena tantangan TNI ke depan, selain menjaga kedaulatan wilayah NKRI juga bahu membahu dengan Polri untuk menangani gerakan separatis seperti kelompok teroris Ali Kalora di Poso, kelompok kriminal bersenjata di Papua, penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional,? ujar peneliti dari alumnus Unej dan Pasca Sarjana UPN Jakarta ini.
Mengutip pesan Presiden Joko Widodo, Edi Winarto mengatakan sinergitas dan soliditasTNI-Polri menjadi kunci keberhasilan penanggulangan paripurna Covid-19.
?Selain itu sinergitas TNI-Polri juga akan menjaga kondusivitas sebagai syarat mendukung pemulihan ekonomi nasional tahun 2021. Sinergitas dan soliditas itu tentu untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa menuju Indonesia Maju,? paparnya.
Lalu siapa sosok yang mampu menjaga Sinergitas dan Soliditas TNI-Polri?
Edi Winarto menyebut ketiga kepala staf Angkatan, yakni KSAD Jenderal Andika Perkasa, KSAU Marsekal Fajar Prasetyo dan KASAL Laksamana Yudo Margono memiliki pengalaman dan kemampuan yang sama dalam menjaga sinergitas TNI-Polri.
?Saya kira Jendral Andika Perkasa, Marsekal Fajar Prasetyo dan Pak Yudo Margono punya kiat-kiat dalam membangun sinergitas dan soliditas TNI-Polri,? tegas Edi Winarto.
Namun, lanjut Edi Winarto, Laksamana Yudo Margono punya jejak rekam atau track record beberapa kali menjalin hubungan sinergitas dan soliditas dengan Polri.
?Kalau soal sinergitas dan soliditas dengan Polri saya melihat pak Yudo Margono sangat cepat beradaptasi membangun relasi dan komunikasi,? kata Edi.
Terbukti, lanjut Edi Winarto, Yudo Margono menggandeng Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk bekerjasama meningkatkan sinergi dalam pengamanan dan penegakan hukum di perairan Indonesia.
Yudo dan Sigit dalam pertemuan di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur pada bulan Maret kemarin sepakat perlu penguatan sinergi dalam penanganan kasus kejahatan di perairan. Sinergi di tingkat bawah hingga atas, mengingat saat ini banyak jalur perairan dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan.
Keduanya, lanjut Edi Winarto, bahkan secara akrab mendiskusikan soal maraknya kejahatan tindak pidana narkoba yang diselundupkan melalui jalur laut atau perairan. Sinergi kerja sama di operasi keamanan utamanya Marinir dan Brimob, Lantamal dengan Polair.
?Yang menariknya lagi adalah ibu Ketua Umum Jalasenastri (Organisasi Istri keluarga besar TNI AL,red) atau istri dari pak Yudo ternyata seorang Polwan, jadi ini menjadi salah satu faktor pak Yudo akan makin bisa mengakrabkan Polri dengan TNI,? jelas Edi Winarto.
Penilaian Kasal Laksamana TNI Yudo Margono dinilai pantas menerima tongkat estafet kursi kepemimpinan di TNI yang akan ditinggalkan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto juga disampaikan pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro
Ngasiman Djoyonegoro menyebutkan beberapa poin mendasar. ?Tentang loyalitas, tak ada yang bisa membantah loyalitas Kasal ke-27 ini. Seluruh tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya selalu dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik dan paripurna,? kata Ngasiman dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (2/6/2021).
Menurut dia, Yudo yang mulai menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) pada 20 Mei 2020, tidak sembarang menjadi prajurit TNI AL. Serangkaian kemampuan dan kecakapan, serta loyalitas adalah sebagian syarat yang harus dimiliki.
Menurut Simon, panggilan akrab Ngasiman Djoyonegoro, rekam jejak atau track record ini dibuktikan Yudo jauh sebelum dirinya menjadi Kasal.
Laksamana TNI Yudo Margono SE MM lahir di Madiun, Jawa Timur, 26 November 1965. Ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut ke-27 sejak 20 Mei 2020. Yudo adalah alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-XXXIII/tahun 1988. Sebelumnya, dia menjabat Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I.
Jabat Pangkogabwilhan 1
Saat menjabat sebagai Panglima Koarmada 1 (Pangkoarmada 1), Yudo dengan kesigapannya memimpin Satgas Laut dalam SAR pencarian bangkai pesawat Lion Air JT 160 yang jatuh di perairan Laut Jawa pada tahun 2019. Satgas di bawah pimpinannya tak butuh waktu lama untuk menemukan serpihan dan CVR pesawat nahas tersebut.
?Kesuksesan pada saat menjabat Pangkoarmada 1 mengantarkannya menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 1 (Pangkogabwilhan 1),? kata Simon.
Sebagai Pangkogabwilhan 1, lanjut dia, yang merupakan organisasi baru TNI untuk mengantisipasi tantangan keamanan ke depan, wilayah kewenangannya bukan hanya di laut, tetapi meliputi darat, laut, dan udara. Yudo dinilai berhasil mengemban tugas tersebut.
?Dengan wawasan dan pengalamannya memimpin, Yudo berada posisi terdepan di kisruh perairan Natuna yang diklaim sebagai wilayah China. Berulang kali ia memerintahkan kapal-kapal TNI untuk melakukan penegakan hukum di wilayah yang masuk hak berdaulat Indonesia tersebut. Sebagai Pangkogabwilhan 1, ia punya pengalaman membawahi AD, AL dan AU,? tutur Simon.
Saat virus Corona merebak di dunia dan Indonesia harus memulangkan WNI dari Wuhan, Yudo kembali dipercaya memimpin proses rehabilitasi di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna. Tak hanya itu, ABK kapal pesiar yang diobservasi di Kepulauan Seribu juga dikomandoi olehnya.
Kiprah Tangani Covid-19
Pemerintah lalu membangun Rumah Sakit Darurat (RSD) di Wisma Atlet Kemayoran. Setelah beroperasi, Yudo juga dipercaya memimpin operasional RSD sampai akhirnya diserahkan kepada Pangdam Djaya, Mayjend TNI Eko Margiyono, kala itu.
Yudo juga berperan di RSD Pulau Galang. Bahkan, saat menjabat Kasal, Yudo memberikan perhatian kepada sukarelawan tenaga medis Covid-19 di Wisma Atlet. Sebagai apresiasi dan pemenuhan komitmen, Yudo Margono mengangkat sukarelawan Covid-19 menjadi prajurit TNI AL.
?Pengalamannya memimpin di jajaran Kogabwilhan 1 membuktikan bahwa Laksamana TNI Yudo Margono adalah seorang prajurit sejati yang dapat mengomandoi lingkup 3 matra. Darat, laut, dan udara,? kata Simon.
Sebagai Kasal, loyalitas Yudo tidak perlu dipertanyakan lagi. ?Loyalitas yang tegak lurus, baik ke atas maupun ke bawah. Ke atas dibuktikan dengan tugas-tugas yang diselesaikannya dengan baik dan paripurna. Ke bawah dibuktikan dengan perhatiannya kepada keluarga besar TNI AL yang menjadi tanggung jawabnya,? jelas Simon.
Musibah KRI Nanggala-402
Terkait musibah KRI Nanggala-402, Simon mencontohkan bagaimana loyalitas Yudo kepada keluarga korban. Bersama Panglima TNI, Yudo ikut melaut untuk mencari keberadaan KRI Nanggala-402.
?Saat KRI Naggala-402 dipastikan tenggelam, Yudo menyambangi beberapa keluarga korban dan bersama Presiden, Menhan, dan Panglima TNI mengadakan pertemuan dengan para keluarga korban,? tutur Simon.
Simon mengatakan Yudo mempunyai keunggulan jika nanti menjadi Panglima TNI. Pertama, kata dia, terkait pengamanan wilayah laut dan kepulauan dari pencaplokan oleh negara-negara lain. Selain itu, Simon menyebut pengamanan laut dari aktivitas penyelundupan senjata.
Kedua, menurut Simon, adalah visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia perlu dilanjutkan. Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Ketiga, Yudo dinilai bisa membangun sinergi dan soliditas dengan tiga Matra dan Polri. Keempat, Yudo juga punya pengalaman memimpin penanganan Covid-19.
Saat memimpin, tambah Simon, Yudo memahami bagaimana perkembangan dunia teknologi kesehatan yang diperuntukkan bagi kekuatan militer. Artinya, dalam upaya mencegah ancaman biowarfare (perang biologi) ke depan, menurut Simon, peran Yudo sangat diperlukan.
Kandidat Lain
Kandidat lain juga memiliki peluang untuk menduduki kursi Panglima TNI adalah Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa dan Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
Seperti halnya Yudo, Andika Perkasa dan Fadjar Prasetyo tentu punya kelebihannya masing-masing. Pertimbangan atas kelayakan masing-masing kandidat dan kebutuhan akan profil Panglima TNI ke depan akan menjadi penentu siapa yang bakal memgang tongkat komando Tentara Nasional Indonesia.
?Yang menariknya lagi adalah ibu Ketua Umum Jalasenastri (Organisasi Istri keluarga besar TNI AL,red) atau istri dari pak Yudo ternyata seorang Polwan, jadi ini menjadi salah satu faktor pak Yudo akan makin bisa mengakrabkan Polri dengan TNI,” ungkap Edi Winarto. (Tim)