Pupuk Indonesia-Chevron Bahu Membahu Optimalkan Produk Rendah Karbon

Rahmad mengatakan studi pengembangan teknologi penangkapan karbon ini semakin memperluas kerja sama Pupuk Indonesia dalam hal mengurangi emisi karbon pada industri pupuk nasional. Karena arah pengembangan perusahaan ke depan adalah menjadi industri pupuk dan petrokimia terintegrasi dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Salah satu Pabrik Pupuk di Indonesia

Jakarta, EDITOR.ID,- PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Chevron New Energies International Pte. Ltd sepakat membikin kerja sama terkait penilaian (assessment) penangkapan karbon. Kajian teknologi ini sebagai upaya dekarbonisasi sekaligus mengoptimalkan produksi amonia yang rendah karbon di kawasan industri PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).

Joint Development Study Agreement (JDSA) atau perjanjian studi pengembangan ditandatangani antara Pupuk Indonesia bersama dengan Chevron New Energies International Pte. Ltd.

Penandatangan JDSA dilakukan langsung oleh Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi bersama Director of Chevron New Energies International, Pte., Ltd. Andrew S Mingst di Jakarta, Rabu (31/7/2024). Penandatanganan ini juga disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto.

Rahmad mengatakan studi pengembangan teknologi penangkapan karbon ini semakin memperluas kerja sama Pupuk Indonesia dalam hal mengurangi emisi karbon pada industri pupuk nasional. Karena arah pengembangan perusahaan ke depan adalah menjadi industri pupuk dan petrokimia terintegrasi dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.

“Sejalan dengan komitmen global, studi pengembangan penangkapan emisi karbon bersama Chevron ini akan menjadi solusi konkrit Pupuk Indonesia Grup dalam program dekarbonisasi untuk menciptakan proses produksi amonia yang lebih rendah karbon atau blue ammonia,” ujar Rahmad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Adapun tujuan dari JDSA ini, tambahnya, pertama untuk memastikan kelayakan proyek penangkapan karbon dan offtake amonia rendah karbon yang nanti akan dihasilkan dari proses penangkapan karbon ini. Rahmad menyampaikan blue ammonia yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk bahan baku pupuk seperti Urea dan NPK untuk mendukung produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional.

“Selain itu, blue ammonia juga dapat menjadi salah satu sumber alternatif energi bersih masa depan,” lanjut Rahmad.

Rahmad mengatakan Jepang merupakan negara dengan komitmen tinggi untuk menyerap blue ammonia sebagai salah satu alternatif energi bersih masa depan. Selain itu, blue ammonia juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pendamping atau co-firing batubara di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

“Sehingga teknologi penangkapan karbon ini adalah infrastruktur penting dalam pengembangan amonia rendah karbon atau blue ammonia, karena ke depan kami prediksi permintaannya akan semakin meningkat seiring komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon,” kata Rahmad.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: