Prodia Luncurkan Layanan Pemeriksaan Immunerisk

“Tujuannya adalah melakukan pengecekan untuk melihat kondisi gen yang dimiliki. Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan kategori risiko penyakit berdasarkan profil gen seseorang sehingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan,” tuturnya.

Trilis Yulianti menjabarkan, pemeriksaan IMMUNErisk dilakukan menggunakan teknologi Microarray yang dapat mendeteksi 650 ribu variasi gen secara bersamaan dalam waktu yang cepat, yakni selama tiga hari.

Setelahnya, pada hari keempat dan kelima data yang dihasilkan dari Microarray akan diolah dan dikalkulasikan menggunakan sistem bioinformatika. Lalu pada hari keenam atau ketujuh, laporan keseluruhan tes bisa langsung dilihat.

Laporan hasil pemeriksaan IMMUNErisk menyajikan berbagai informasi seperti informasi umum penyakit, gen yang diperiksa, varian genetik, faktor risiko, rekomendasi, hingga tes lanjutan untuk beberapa kasus yang menunjukkan hasil risiko tinggi.

Prodia Luncurkan Pemeriksaan ImmunRisk pada hari Minggu, 9 Februari 2020 di GoWork FX Sudirman Jakarta oleh Direktur Bisnis dan Marketing Prodia, Indiryanti Rafi Sukmawati bersama Product Manager Prodia, Trilis Yulianti, Marketing. Communications Manager Prodia, Reskia Dwi Lestari dan hadir sebagai pembicara Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Prof. Dr. Dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI. (Edo/EDITOR.ID)

Adapun, Trilis mengungkapkan biaya yang diperlukan untuk melakukan tes ini yakni sebesar Rp7 juta. Akan tetapi, apabila seseorang pernah melakukan tes genomik sebelumnya di Prodia, biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih murah, hanya Rp5 juta.

“Pemeriksaan IMMUNErisk ini hanya perlu dilakukan satu kali karena gen seseorang tidak mengalami perubahan. Ini perlu untuk mengenali faktor risiko penyakit bawaan. Makanya pemeriksaan lebih dini akan jauh lebih baik,” tandasnya.

Pengamat masalah Immun, Dr. Iris Rengganis mengungkapkan bahwa pada penderita autoimun, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel tubuh yang tidak seharusnya dan mengakibatkan kerusakan di beberapa organ.

Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab autoimun, diduga beberapa faktor seperti status merokok, paparan sinar matahari, infeksi virus, etnisitas, jenis kelamin dan riwayat keluarga (genetik) menjadi pemicu terjadinya autoimun.

“Walaupun tidak dapat disembuhkan, penyakit ini dapat dikelola agar gejalanya tidak muncul,” paparnya saat Launching Pemeriksaan Baru IMMUNErisk di GoWork FX Sudirman, Jakarta, Minggu (9/2/2020)

Sama halnya dengan autoimun, penyakit alergi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor genetik merupakan faktor risiko yang tidak dapat diubah sehingga penting untuk diukur agar dapat ditentukan risiko bawaan seseorang terhadap penyakit tertentu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: