Oleh karenanya, pendekatan melalui Genomic Center seperti ini kata Dewi menjadi harapan Prodia untuk dapat menjawab kebutuhan pasien dan dokter dalam menangani penyakit ataupun memelihara kesehatan pasien.
Menurut Dewi pemeriksaan genomic sudah dilakukan di Amerika dan kini bisa terealisasi di Indonesia. Berbeda dengan tes DNA, genomic merupakan layanan pemeriksaan sekumpulan gen yang menyeluruh.
Sedangkan tes DNA, menurut Dewi merupakan pemeriksaan pattern atau forensik saja.
“Karena itu harapannya dengan perkembangan teknologi dan upaya preventif yang kami lakukan, lewat kerjasama ini akan meningkatkan pelayanan kesehatan di dalam negeri yang bertaraf Internasional di era pengobatan yang presisi ini,” ucap Dewi Muliaty.
Sementara di tempat yang sama Dr. dr. Chamim, Sp.OG, Subsp. Onk selaku Direktur Brawijaya Hospital Saharjo mengatakan Genomic Center akan menjadi pusat edukasi terkait pemeriksaan khusus, terutama pemeriksaan genomic bagi semua kalangan masyarakat dengan kondisi apapun.
Dia menyebut pasien berisiko memiliki penyakit, maupun tidak berisiko atau tengah dalam pengobatan dapat melakukan pemeriksaan genomic.
“Pemeriksaan ini mencakup banyak dokter seperti dokter kulit, gizi, nutrisi, bedah, jantung, dan masih banyak lagi,” ujar dr. Chamim dalam konferensi pers Brawijaya Genomic Centre in collaboration with Prodia di Jakarta, Selasa (6/2/2024). (tim)