Indonesia, EDITOR.ID – Kenaikan suhu muka laut alias El Nino diprediksi bakal berdampak ke Indonesia pada pertengahan tahun 2023 ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi mayoritas wilayah di Indonesia akan menghadapi musim kemarau atau kekeringan panjang mulai Maret 2023.
Pusat prakiraan iklim Amerika mencatat — bahwa sejak tahun 1950 telah terjadi 22 kali fenomena El Nino dan enam peristiwa di antaranya berlangsung dengan intensitas kuat, yakni pada tahun 1957/1958, 1965/1966, 1972/1973, 1982/1983, 1987/1988, dan 1997/1998 hingga 2023 tahun ini.
Sebagian besar peristiwa El Nino ini mulai terjadi ditandai dengan berakhirnya musim penghujan atau awal hingga pertengahan musim kemarau, yakni diprediksi terjadi pada bulan Mei, Juni, dan Juli tahun 2023.
Berdasarkan catatan tahun sebelumnya, El Nino pada tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998 adalah dua fenomena El Nino terhebat yang pernah terjadi — dengan dampak yang dirasakan oleh manusia secara global.
Pengaruh dua fenomena El Nino pada tahun tersebut melanda banyak negara.
Diantaranya Benua Amerika dan Eropa yang mengalami peningkatan curah hujan sehingga memicu bencana banjir besar, sedangkan di India, Australia, Indonesia, dan Afrika juga vmengalami kemarau yang panjang.
Musim kemarau kekeringan diperkirakan terjadi di Indonesia tahun 2023 akibat kedatangan El Nino, berakibat Kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pun potensial bisa saja terjadi.
El Nino dan musim kemarau di Indonesia
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan mengatakan, ‘Pergeseran cuaca dari La Nina yang kemarau basah bergeser masuk ke musim kemarau pada umumnya,” katanya.
“Jadi ini musim kemaraunya berada pada musim kemarau normal. Kalau dikatakan 2020 sampai 2023 kemarau basah jadi ini kemarau normal. Rata-ratanya seperti itu,” jelasnya
Prediksi kondisi musim kemarau bakal lebih kering di 2023 ini, oleh sebab itu BMKG memperingatkan dampak El Nino menakutkan.
Misalnya wilayah yang cenderung kering berpotensi mengalami kekeringan pertanian di bagian Indonesia Barat hingga Timur serta ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan.
“Jadi kalau secara umum kemarau wilayah Indonesia Timur relatif lebih kering, namun nanti dengan tingkat pencegahan dini kita sampaikan daerah-daerah yang selama ini potensi memang mengalami karhutla seperti Kalimantan dan Sumatera seperti Riau dan Jambi. Sumatera sering terjadi hotspot dan karhutla, ini tempat-tempat yang kita waspadai,” jelasnya.