Pidato yang dibacakan pada pembukaan Kongres III PDI Perjuangan tahun 2010 di Bali tersebut memang kemudian menjadi salah satu pidato Megawati yang paling banyak mendapatkan pujian dari berbagai pihak.
Dengan tugasnya sebagai kepala situation room, ia dikenal sebagai tokoh pembaru partai karena telah memodernisasi cara kerja partai.
Di Internal partai, ia juga dijuluki sebagai sebagai “kamus berjalannya Soekarno” karena gaya dan pemikirannya dianggap persis seperti kakeknya itu. Sehingga Prananda juga dijuluki sebagai penjaga ideologi Marhaen untuk memastikan bahwa hasil-hasil rapat internal partai tidak keluar dari pemikiran Bung Karno meski dengan gayanya yang tidak suka menggurui.
Prananda menikah pada tanggal 23 Oktober 2000 dan dikaruniai dua orang anak. Posisi anak kedua dalam trah Soekarno punya posisi unik. Soekarno adalah anak kedua dari dua bersaudara. Megawati adalah anak kedua dari lima bersaudara. Dan Prananda juga anak kedua dari tiga bersaudara.
Sebelum menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) pernah mengatakan bahwa Prananda punya potensi besar. Cara pengorganisasiannya detail. Orangnya memang tak menonjol, tetapi dekat dengan siapapun.
Prananda dikenal sebagai ideolog dan peminat teknologi komunikasi dan informasi. Ia pertama kali muncul saat Megawati mengajaknya dalam konferensi pers bersama sang adik, Puan Maharani, menjelang pembukaan Kongres III PDI Perjuangan 2010 di Bali.
Dia adalah tokoh di balik modernisasi PDI Perjuangan. Konsepsinya selalu bergaung dalam derap langkah PDI Perjuangan, mengedepankan sains dan teknologi dalam konstetasi politik. Situation Room yang dibangunnya telah mengubah cara kerja partai, menjadikannya sosok pembaru sekaligus penjaga ideologi Marhaen.
Sebelumnya, ia sempat digadang-gadang menjadi suksesor Ketua Umum PDIP Perjuangan setelah isu Megawati akan lengser dari jabatan yang diampunya hampir dua dekade itu.
Mantan Walikota Solo, FX Rudy pernah menyebut jika Prananda pantas untuk meneruskan jabatan Ketum selepas Mega. “Menurut saya yang layak ya mas Prananda itu,” katanya beberapa waktu lalu
Peneliti dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai bursa ketua umum PDIP pengganti Megawati masih akan dipenuhi nama-nama dari trah Sukarno yang masih dikultuskan.
Wasisto berpendapat akan ada guncangan di internal PDIP usai ditinggal Megawati. Prananda dalam situasi ini dianggap mampu merangkul internal.
“Setelah PDIP ditinggal Bu Mega, [partai] sedikit akan mengalami fluktuasi, artinya partai ini butuh semacam sosok yang itu dekat dengan Bu Mega, dalam hal ini Prananda,” kata Wasisto. (tim)