EDITOR.ID, Jakarta,- Bangsa Indonesia sangat bangga. Sejarah mencatat Bung Karno sangat disegani dunia dan mendapat kehormatan tampil berpidato di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bahkan Pidato Bung Karno berkali-kali mendapatkan applaus.
Kini jejak Bung Karno diwarisi Presiden ketujuh Indonesia, Presiden Joko Widodo. Indonesia kembali mencatat sejarah saat Presiden Joko Widodo didapuk menjadi pembicara utama untuk menyampaikan pidatonya di Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada sesi debat umum Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan peran PBB saat ini. Pidato tersebut disampaikan secara virtual seperti disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden pada Rabu, 23 September 2020.
Dalam pidatonya Presiden Jokowi menyinggung soal krisis Palestina. Jokowi mendesak dan mengajak negara-negara di dunia untuk memberikan hak-haknya kepada Palestina. Presiden mengatakan Indonesia akan tetap konsisten memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
“Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestina, untuk mendapatkan hak-haknya,” ujarnya dalam Pidato di hadapan pemimpin dunia di gedung PBB, New York Amerika.
Menurut Presiden Jokowi, saat ini konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan. Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.
“Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi Covid-19. Di saat seharusnya kita semua bersatu padu bekerja sama melawan pandemi, yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam,” paparnya.
Presiden Jokowi memandang bahwa seharusnya semua negara bersatu padu dan selalu menggunakan pendekatan win-win pola hubungan antarnegara yang saling menguntungkan. Menurutnya, dampak pandemi Covid-19 sangat luar biasa baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi.
“Kita juga paham virus ini tidak mengenal batas negara. No one is safe until everyone is,” ungkapnya.
“Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil, dan sejahtera semakin sulit diwujudkan,” imbuhnya.