Malang, Jatim, EDITOR.ID,- Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam menjadi tragedi terburuk di dunia dalam lima tahun terakhir. Sedikitnya 130 orang tewas dalam insiden tersebut. Kasus ini banyak mendapat sorotan karena sebenarnya tak ada bentrokan antar supporter.
Namun penggunaan tembakan gas air mata oleh pihak kepolisian menjadi salah satu penyebab utamanya. Tembakan gas air mata membuat massa panik dan ricuh. Mereka berlarian sambil berdesak-desakan mencari jalan keluar.
Dalam sebuah tayangan video beberapa jam setelah gas air mata ditembakkan, udara begitu pekat dengan asap berwarna putih. Penonton yang masih berada di stadion karena laga baru usai, panik dan berusaha menyelamatkan diri dengan berdesakan keluar dari Stadion. Darisanalah para korban meninggal dunia terinjak-injak.
Penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian dalam tragedi Kanjuruhan ini akan diselidiki. Hal ini diungkapkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali.
“Ya, termasuk itu yang kita akan investigasi, kenapa sampai ada penggunaan gas air mata di stadion dan lain sebagainya,” ujarnya sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia TV, Minggu (2/10/2022).
Padahal, menurutnya, aturan FIFA tak memperbolehkan penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola.
Zainudin juga telah menginstruksikan sejumlah pihak untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait kerusuhan. Ia tak mau dunia sepak bola di Indonesia kembali terpuruk.
“Tidak mau sepak bola kita ini akan kembali (pada) hal-hal yang di luar teknis atau di luar pembinaan dan prestasi,” ujar Zainudin.
Zainudin Kapolri Jenderal Listyo Sigit juga akan datang ke lokasi kejadian, memantau situasi terkini dan melakukan evaluasi. “Kita akan melihat apa yang sebenarnya terjadi dan langkah-langkah yang harus kita lakukan, serta apa yang ke depannya untuk pembenahan dari keseluruhan ini,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan itu pecah usai suporter Arema memasuki lapangan karena kecewa tim yang dijagokannya kalah melawan Persebaya. Polisi pun meresponsnya dengan menembakkan gas air mata.
Tak cuma pada suporter yang memasuki lapangan, tapi gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun penonton. Tak ayal, hal tersebut pun memicu kepanikan.
Akibatnya, massa berlarian sambil berdesak-desakan menuju pintu keluar. Beberapa mengalami sesak napas dan terinjak-injak hingga meninggal dunia. Hingga saat ini, dilaporkan sebanyak 130 korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan.