?Kalau untuk makan, biaya sendiri. Karena honor belum dapat, kami terpaksa hutang ke warung di Rumah Sakit dr. Soebandi. Teman-teman yang lain juga mengeluh masalah serupa, keluarganya butuh makan,? ungkap Ifan.
Menurut Ifan, dalam tempo 7 bulan belakangan sudah puluhan orang sopir ambulance terpapar COVID-19 akibat dari resiko pekerjaan yang berkaitan langsung dengan pasien rumah sakit. Beberapa orang menjalani perawatan medis. Sedangkan, sisanya masih beruntung tidak terlalu parah hanya isolasi mandiri.
?Itupun yang isolasi mandiri tidak ada perhatian. Sudah honornya terlambat, masih tidak dibantu sama sekali saat harus isolasi mandiri. Tidak usah jauh-jauh contohnya, kakak kandung saya sendiri sopir ambulance di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk barusan isolasi mandiri tidak dapat bantuan,? bebernya.
Berulang kali para sopir ambulance berupaya meminta pencairan honor oleh Dinas Kesehatan. Ternyata, belum kunjung terpenuhi, walaupun sudah menuruti permintaan Dinas Kesehatan agar sopir ambulan membuat catatan kegiatan harian.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Jember, Wiwik Supartiwi sebagaimana dilansir NusaDaily menjelaskan keterlambatan terjadi karena harus menertibkan administrasi keuangan. Terlebih lagi ada pergeseran anggaran untuk menyesuaikan program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
Plt Kepala Dinkes ini berharap para sopir ambulans memaklumi masalah ini. (Tim)