Jakarta, EDITOR.ID,- Dalam dunia politik dikenal adagium tak ada lawan abadi dan tak ada kawan abadi. Yang ada kepentingan. Terbukti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dikabarkan kini sedang mendekati Timnas AMIN atau kubu paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Padahal selama ini diketahui PDIP dengan kubu AMIN yakni Partai Nasdem dan PKS sebagai pengusung Anies-Cak Imin, sering berseberangan.
PDIP konon kabarnya sudah menjalin komunikasi dengan kubu AMIN untuk “menghadapi” paslon Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang diramal berpeluang besar menang satu putaran.
Rupanya PDIP jauh-jauh hari sudah mengantisipasi bahwa Pilpres bisa dimenangkan Prabowo-Gibran satu putaran. Ataukah PDIP ingin membangun koalisi dengan kubu AMIN (Nasdem-PKS) jika Pilpres akan digelar dua putaran dan Prabowo-Gibran lolos ke putaran kedua.
Benarkah isu tersebut?
Politikus PDIP Aria Bima, mengakui adanya komunikasi dengan kubu pasangan calon nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar. Komunikasi tersebut karena adanya persamaan cara pandang, yakni soal ketidakmungkinan Pilpres 2024 berlangsung dalam satu putaran.
Ia mengatakan, klaim satu putaran selalu dilontarkan kubu pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Padahal, menurut Aria Bima, kontestasi tahun ini diikuti oleh tiga pasangan calon.
“Iya (ada komunikasi dengan kubu Anies-Muhaimin). Kita tanya, ‘Lu percaya satu putaran? nggak’. Nah lu nggak, gue nggak, gitu aja,” ujar Aria Bima di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta, Senin (1/1/2024).
Kendati sama-sama yakin terjadinya dua putaran Pilpres 2024, tak ada perjanjian atau kesepakatan apapun dengan Tim Nasional (Timnas) Pemenangan AMIN. Komunikasi hanya dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan atas terjadinya satu putaran kontestasi.
“Nggak ada (kesepakatan), kita masih jalan. Deal gimana? Lha kalau dia yang menang gimana? Kalau saya yang menang gimana? nggak ada (kesepakatan). Kita ingin dua putaran,” ujar Aria Bima.
Di samping itu, komunikasi dengan pihak lawan dipandangnya sebagai hal yang biasa. Apalagi dirinya adalah Wakil Ketua Komisi VI DPR yang bersinggungan langsung dengan partai politik pengusung Anies-Muhaimin ataupun Prabowo-Gibran.
“Komunikasi terus dilakukan, intinya gimana gesekan-gesekan di kampanye terbuka tidak lagi muncul seperti kasus di Boyolali. Netralitas aparat ini jangan sampai berdampak pada pemilu yang tidak damai, ini penting,” ujar Aria Bima.
Sebelumnya, Co-Kapten Timnas Amin, Sudirman Said dan Pelatih Kepala Timnas Amin, Ahmad Ali terlibat perbedaan pendapat yang sangat tajam. Perang terbuka keduanya terjadi bermula dari wacana Timnas Amin yang ingin berkomunikasi dengan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.