“Gus Dur sebelum melakukan engagement ke Israel, melakukan konsolidasi dulu. Datang ke kiai-kiai untuk berbicara mengenai masalah ini, upaya, peluang, dan hal yang bisa dilakukan sehingga kiai-kiai itu merestui keberangkatan beliau,” jelas Gus Yahya.
Setelah kembali dari Israel, Gus Dur juga selalu berbicara kembali kepada para kiai untuk melaporkan hasil kunjungannya. Gus Yahya juga melakukan hal yang sama, sebelum dan setelah kunjungannya ke Israel.
“Sebelum berangkat, saya sudah sowan ke sana ke mari, bahkan saya memberi syarat kepada yang mengundang bahwa saya ingin bertemu dengan kiai saya. Saya juga mengajak seorang tokoh Yahudi untuk bertemu KH Maimoen Zubair dan berdialog lama sekali sampai 4 jam bersama KH Mustofa Bisri,” jelasnya.
Selain itu, Gus Yahya menemui beberapa tokoh penting seperti KH Ma’ruf Amin sebagai rais ’aam PBNU kala itu dan KH Said Aqil Siroj sebagai ketua umum PBNU saat itu, serta memastikan bahwa kunjungannya dilakukan atas nama pribadi. “Saat pulang, saya juga lapor ke publik dan saya pertanggungjawabkan secara pribadi,” tambahnya.
Perbedaan lain yang ditekankan oleh Gus Yahya adalah soal strategi manuver yang dilakukan selama kunjungan. Gus Dur datang ke Israel dengan engagement strategis yang jelas.
“Gus Dur tahu betul di sana isinya apa saja dan harus engage dengan siapa. Ini yang saya contoh. Saya bahkan melakukan konsolidasi lebih luas sampai ke Amerika dan Eropa sehingga engagement saya bukan hanya hadir untuk acara ini-itu, tetapi betul-betul engagement strategis dengan jaringan global yang signifikan. Maka, tidak bisa asal-asalan,” tegas Gus Yahya.
Dalam konteks kunjungan lima Nahdliyin tersebut, Gus Yahya mengatakan bahwa mereka pergi atas nama pribadi dan harus bertanggung jawab secara pribadi pula.
“Ini urusan pribadi mereka, silakan tanggung jawabkan secara pribadi kepada publik. Seperti Gus Dur dulu mempertanggungjawabkan secara pribadi walaupun ketua umum (ketika itu). Saya sendiri juga mempertanggungjawabkan secara pribadi karena lembaga tidak terlibat dalam organisasi ini,” tutupnya.
Diketahui, sebelumnya beredar foto melalui akun instagram @zenmaarif yang memperlihatkan lima orang atas nama NU yang datang menemui Presiden Israel.
Kelima tokoh muda tersebut adalah Gus Sukron Makmun, Dr. Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Semua kompak berpose mengelilingi Presiden Israel.
Lima kader NU yang diajak bertemu Presiden Israel tersebut mengabdi di beberapa badan otonom NU, yaitu PWNU Jakarta, Fatayat NU dan PWNU Banten, dan PP Pagar Nusa. (*)
Dosen kok nggak tahun konstitusi . Seharusnya dipecat saja . Kalau atau jika sidang terhadap kelima oknum m nu tsb hanya sbg alat utk klaripikasi doang dgbtidak memberikan sangsin.. percuma saja . Nahdiyin dan Aswaja tidakmoercaya lagi dg pengurus . Gitu loh