Jakarta, EDITOR.ID,- Sejumlah tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) diam-diam berangkat ke Israel ditengah konflik dunia Israel-Palestina. Para aktivis itu bahkan bertemu Presiden Israel, Izaac Herzog. Pertemuan aktivis NU dengan Presiden Israel itu beredar luas di media sosial dan sontak memicu polemik dan kecaman dari masyarakat Indonesia.
Pasalnya, saat ini sikap Presiden Joko Widodo dan pemerintah Indonesia sangat tegas. Indonesia mengutuk keras dan mengecam soal agresi militer dan penyerangan tentara Israel kepada masyarakat sipil di Gaza. Indonesia sejak awal tak punya hubunan diplomatik dengan Israel dan menyerukan dunia untuk menghentikan aksi Israel yang biadab di Gaza.
Usai pertemuan empat tokoh muda NU dengan Presiden Israel, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf langsung bersikap.
Ketum PBNU mewakili keluarga besar NU menyampaikan permintaan maaf terkait 5 Nahdliyin bertemu Presiden Israel Isaac Herzog dan menyebarluaskannya di media sosial. Mereka atas inisiatif pribadi berkunjung ke Israel. Lima orang tersebut menuai banyak kecaman.
“Ala kulli hal, apa pun yang terjadi, sebagai ketua umum PBNU, saya mohon maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh teman-teman NU ini dan ya saya juga memohon maaf untuk mereka kepada masyarakat luas. Mudah-mudahan bersedia memaafkan dan mudah-mudahan tidak berulang kembali,” ujar Gus Yahya— KH Yahya Cholil Staquf saat konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (16/7/2024) sebagaimana dilansir NU Online.
Yahya menyampaikan, PBNU sudah mendapatkan konfirmasi dari lembaga-lembaga terkait di bawah PBNU bahwa lembaga-lembaga yang personilnya berangkat ke Israel itu sama sekali tidak ada mandat dan pembicaraan kelembagaan.
“Sehingga yang dilakukan oleh anak-anak yang berangkat ke Israel tempo hari itu adalah tanggung jawab mereka pribadi dan tidak terkait dengan lembaga,” kata Yahya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan terkait kebijakan PBNU mengenai engagement atau audiensi dan hubungan kerjasama kelembagaan baik di lingkup domestik pada level nasional atau internaisonal harus melalui PBNU.
“Dan ini sebetulnya ketetapan yang sudah lama sekali dibuat sejak periode yang lalu bahwa semua engagement internasional lebih-lebih harus melalui NU,” katanya.
Soal sanksi, Gus Yahya mengatakan, menyerahkan kepada tiap-tiap ketua yang menaungi kelima kader tersebut. Seperti Zainul Ma’arif yang merupakan salah satu dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia). Zainul Ma’aif akan segara menghadapi sidang etik dari Unusia. Rektor Unusia Juri Ardiantoro hadir mendampingi Gus Yahya dalam konferensi pers tersebut.
Dosen kok nggak tahun konstitusi . Seharusnya dipecat saja . Kalau atau jika sidang terhadap kelima oknum m nu tsb hanya sbg alat utk klaripikasi doang dgbtidak memberikan sangsin.. percuma saja . Nahdiyin dan Aswaja tidakmoercaya lagi dg pengurus . Gitu loh