EDITOR.ID, Jakarta,- Detasemen Khusus Jala Mangkara (Denjaka) dan “Pasukan Setan” Batalyon Infanteri (Yonif) 315/Garuda juga baru diisukan “turun” di Papua. Namun kehadiran pasukan khusus yang mampu bergerak senyap dan tak terdeteksi ini sudah menjatuhkan moral dan nyali para kriminal bersenjata di bumi Cendrawasih yang damai itu.
Mendengar pasukan khusus terlatih sudah datang ke Papua, salah satu panglima perang OPM akhirnya mengibarkan bendera putih. Dia menyerah dan bergabung dengan NKRI.
Sosok panglima perang yang menyerah itu adalah Gubernur Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB) Alex Hamberi. Pentolan teroris OPM ini dan kawan kawannya mendatangi Satgas Nemangkawi untuk menyatakan diri kembali setia pada NKRI.
Dia menyerahkan diri tanpa paksaan dan memilih loyal dan berdamai dengan Indonesia.
Penyerahan diri ini dilakukan di kampung Sima, distrik Your, Nabire, Selasa (4/5/2021) malam. Dalam pernyataannya, Alex mengatakan, selama ini diangkat jadi Gubernur NRFPB di Kab. Nabire, Papua. Namun, atas kesadaran diri kembali ke NKRI karena menganggap langkah tersebut selama ini salah.
Alex mengajak serta 17 anggotanya untuk menyatakan diri kembali setia pada NKRI. Saat pertanyaan diri, mereka menggenggam erat bendera merah putih wujud kembalinya Alex dan kawan-kawan kepangkuan ibu pertiwi.
?Sehubungan kami pernah direkrut menjadi anggota NRFPB, bahkan kami ditunjuk sebagai Gubernur di Kabupaten Nabire Papua. Maka hari ini, saya Alex Hamberi (51) bersama seluruh saudara saya 17 orang simpatisan dengan sepenuh hati menyatakan diri kami berhenti dan keluar NFRPB serta kembali menjadi warga NKRI,? kata Alex dalam pernyataannya.
Hal itu pun disambut baik Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes Pol Iqbal Al Qudussy. Ia menyampaikan terima kasih ke Alex Hamberi. ?Turut syukur dan berterima kasih atas kembalinya Alex Hamberi ke NKRI, berharap agar diikuti oleh seluruh simpatisan NRFPB,? ujarnya.
Acara tersebut juga diikuti dan disaksikan, aparat TNI-Polri, Kepala suku Sarakwari Yerisiam Agus Rumatra, Kepala Suku Besar Yerisiam Ayub Kowoy, Kepala Kampung Sima Daniel Inggeruhi, dan tokoh agama Pendeta Yohanes Rarawi.
Kembalinya pentolan dan pimpinan KKB (kelompok kriminal bersenjata) ke pangkuan ibu pertiwi tak lepas dari kepintaran dan keberhasilan aparat polisi dalam melakukan komunikasi intensif, merayu dan saling membuka diri dengan mereka.
Aparat penegak hukum di Papua berusaha meyakinkan sejumlah pemimpin KKB bahwa mereka akan diterima dengan baik dan tak akan diproses hukum jika insyaf dan sadar untuk kembali ke pangkuan NKRI.
Sebelumnya pimpinan KKB (kelompok kriminal bersenjata) Distrik Kosiwo, Noak Orerai juga menyerahkan diri.
Dia berikrar menyatakan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Penyerahan diri Noak Orerai tak lepas dari upaya Kapolres Kepulauan Yapen, Papua, AKBP Ferdyan.
Sebelumnya, Ferdyan melakukan pendekatan kepada istri dan kakak kandung Noak.
?Memang dalam jalur damai ini, kepercayaan itu tetap masih rapuh. Saya perlu menghitung-hitung, begitu juga Noak,? ujar AKBP Ferdyan.
AKBP Ferdyan akhirnya berkomunikasi menggunakan sambungan telepon dengan Noak. Ia menggunakan handphone kakak kandung Noak.
?Saya akan hapus catatan kriminalmu,? tutur AKBP Ferdyan kepada Noak.
Setelah Noak, Alex Hamberi juga ikut berikrar setia kepada NKRI. Dia berdamai bersama 17 anggotanya mendatangi Satgas Nemangkawi.
Tak ada paksaan kepada mereka. Semuanya datang dengan sukarela.
Penyerahan diri pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu diungkapkan Kasatgas Nemangkawi, Kombes Iqbal Al Qudussy, Jumat (7/5/2021).
Penyerahan diri pimpinan OPM dan nak buahnya dilakukan di kampung Sima, Distrik Your, Nabire.
?Alex selama ini diangkat jadi Gubernur NRFPB di Kabupaten Nabire, Papua. Namun, atas kesadaran diri kembali ke NKR,? kata Kombes Iqbal.
Tiga tahun silam Panglima Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) Yapen Timur, Kris Nussy alias Corinus Sireri beserta seluruh anak buahnya juga menyerahkan diri.
Sejumlah barang bukti, diantaranya 12 pucuk senjata diserahkan kepada Kabinda Papua dan Tim Maleo, Kodam XVII Cendrawasih di bukit Wadafi kampung Mamarimp, Distrik Wadamoni, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.
Corinus mengaku dirinya dan anak buahnya telah ditipu oleh pihak-pihak kelompok OPM di Papua yang menyatakan perjuangan mereka akan menghasilkan kemerdekaan Papua.
Ia baru menyadari jika perjuangannya selana 20 tahun terakhir ternyata tidak membuahkan hasil samasekali. Padahal selama itu ia bersama pasukannya harus meninggalkan anak dan istri serta tinggal didalam hutan.
“Saya punya maitua (istri) dan 6 orang anak yang tinggal di pantai kampung Mamarimp, saya pulang hanya sekali-sekali,” jelas Corinus.
Belum harus menahan rasa rindu terhadap keluarga, Corinus juga mengaku masyarakatnya membenci dirinya bersama anak buahnya lantaran bergabung dengan TPN OPM. “Semua itu hanya tipu-tipu. Perjuangan kami selama 20 tahun tidak menghasilkan apa-apa, malah kami dibenci masyarakat kami sendiri,” ungkap Corinus. (tim)