Saat itu, pihaknya membawa surat kontrak menempati rumah tersebut, dan telah mengantongi izin dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUP) untuk menjadikan rumah itu sebagai rumah doa.
“Dalam kontrak rumah itu tertuang juga fungsi bangunan sebagai kantor yayasan dan sebagai rumah doa,” ujarnya.
Namun, seminggu setelah pertemuan itu, dirinya justru mendapati pemanggilan oleh RW setempat yang juga merupakan oknum TNI AD. Saat itu, ia diminta untuk menutup rumah doa.
“Ketua RW ini ternyata oknum anggota TNI AD Babinsa di Koramil Tambun Selatan. Nah ketika dia panggil saya, dia tanya ke saya bapak pekerjaannya apa, kemudian saya sampaikan bahwa saya pendeta, nah langsung dia bilang saya dengar ada ibadah di situ dan itu tutup (diperintahkan untuk ditutup),” katanya.
Kapuspen TNI Minta Agar Prajurit Tak Arogan
Nama instansi Tentara Nasional Indonesia (TNI) belakangan banyak disorot masyarakat publik, termasuk di media sosial. Instansi angkatan bersenjata negara ini beberapa kali diberitakan bersikap arogan saat menghadapi warga sipil.
Tak jarang mereka mengintimidasi dengan membawa nama besar TNI. Padahal, Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Julius Widjojono sudah menegaskan kepada seluruh prajurit TNI agar tidak ada lagi yang bersikap arogan
“Sesuai instruksi Panglima TNI, agar prajurit TNI tidak arogan dan menyakiti hati rakyat,” ujar Julius, Selasa (25/4/2023) silam. (tim)