Jakarta, EDITOR.ID,- Aksi warga menggeruduk kegiatan ibadah jemaat Gereja jadi trending topik di media sosial. Dalam video yang beredar terlihat warga dan Ketua RT minta jemaat membubarkan diri saat berdoa di Rumah Doa Fajar Pengharapan di Perumahan Graha Prima Baru, Blok S2, Tambun, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (18/6/2023) sekitar jam 10.00 WIB.
Ketua RW 027 Desa Mangunjaya yang juga seorang anggota Babinsa TNI AD berinisial Serka S, dikabarkan ikut menolak keberadaan rumah doa. Sebagaimana dilansir dari Kompas.com, Serka S bahkan disebut membentak dan mengintimidasi Pendeta Ellyson Lase yang sedang memimpin acara ibadah doa pada Mei lalu.
Anggota TNI itu disebut berinisial Serka S, seorang Babinsa TNI AD yang bertugas di Koramil Tambun, Kabupaten Bekasi.
Babinsa sekaligus ketua RW setempat ikut tolak rumah doa
Pendeta Ellyson bercerita, dia menerima perlakuan tidak menyenangkan dari si ketua RW saat pertemuan bulan Mei. Ketua RW tersebut membentak Ellyson terkait aktivitas umat Kristen di Rumah Doa Fajar Pengharapan di Perumahan Graha Prima Baru, Blok S2, Tambun, Mangunjaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Kala itu, Ellyson dan istrinya diminta menghadap ketua RT, ketua RW, dan pemilik rumah yang dijadikan rumah doa. Pertemuan dilakukan untuk mempertanyakan kegiatan yang dilakukan di rumah doa. Ellyson lalu menjelaskan aktivitas di rumah doa.
Namun, bukannya memberikan solusi, ketua RW itu justru bertindak arogan.
“Saya juga sampaikan ke ketua RW waktu itu, ‘Bapak juga masih aktif sebagai anggota TNI yang melekat di diri Bapak. Walaupun ketua RW, begitukah seorang TNI’,” ucap Ellyson.
Mirisnya, penjelasan Ellyson tidak ditanggapi dengan baik. Ketua RW itu malah bersikap arogan dengan berteriak hingga menggebrak meja.
“Dia secara arogan menggebrak meja, dia tunjuk saya. Dia marah ngotot pokoknya dan bilang saya yang berkuasa di tempat ini, wilayah ini saya yang berkuasa. Dan jangan buat aturan sendiri, ikuti aturan saya,” sambung dia menirukan ucapan ketua RW itu.
Keributan itu pun terus berlangsung sampai pihaknya mendapati surat penolakan dari warga yang telah berkop surat.
Ellyson mengaku, sangat menyayangkan sikap tersebut. Pasalnya, dari awal pihaknya memang tidak ada niat untuk mendirikan rumah ibadah.
Padahal, saat itu Ellyson sudah menjelaskan aktivitas dia dan jemaatnya di rumah doa tersebut. Ellyson menjelaskan, rumah doa itu dikontrak untuk beribadah. Rumah itu tidak dialihfungsikan menjadi gereja.
Pendeta Ellyson Lase sempat menjelaskan, bahwa rumah ibadah itu hanya diperuntukkan untuk pembinaan anak-anak Kristiani yang tidak mendapatkan pendidikan agama di sekolahnya. Kemudian, setiap hari Minggu diadakan ibadah pukul 10.00-12.00 WIB.