Ngopi Pagi: Trah Politik Dalam Pilkada

Sepupu Pilar atau anak dari Atut, Andika Hazrumi jadi Wakil Gubernur Banten, istrinya Ade Rossi Khoerunisa jabat anggota DPR RI. Adik Atut, Ratu Tatu Chasanah yang juga ibu dari Pilar Saga adalah Bupati Serang. Pilar Saga juga keponakan dari Walikota Tangerang Selatan saat ini Airin Rachmi Diany yang tak lain istri dari adiknya Atut, Wawan.

Keluarga besar Pilar Saga termasuk trah dinasti lama. Dimana bertahun-tahun semua keluarga Atut menguasai politik di Banten dan merebut banyak tampuk pimpinan di sejumlah daerah di Banten.

Kemudian calon dari Demokrat, PKS dan PKB, Siti Nur Azizah. Mungkin di Tangsel nama beliau tak setenar Kemal atau Azmi Abubakar tokoh muda, tapi orang semua tahu di belakang Siti Nur Azizah ada nama besar KH Ma’ruf Amin. Wakil Presiden Republik Indonesia. Nama besar sang ayah tentu sedikit banyak akan mempengaruhi dalam mengamankan dan mendulang suara di Tangsel.

Nah calon ketiga adalah Muhammad yang berasal dari Birokrasi atau mantan Sekden. Namun yang menarik bukan Muhammad tapi wakilnya, Rahayu Saraswati. Nama mantan anggota DPR dari Fraksi Gerindra ini tiba-tiba berlabuh di Tangerang Selatan. Tentu mengejutkan banyak orang sejak kapan Rahayu muncul di Tangsel.

Bukan sosok Rahayunya yang besar namun nama besar itu milik pamannya Prabowo Subianto. Beliau adalah Ketua Umum Partai Gerindra. Pernah maju sebagai Calon Presiden RI 2019-2024 dan kini jadi Menteri Pertahanan RI.

Jadi yang menarik dari pertarungan politik di Pilkada Tangsel adalah bukan jejak rekam apa yang telah mereka perbuat selama ini buat rakyat dan kemudian disosialisasikan. Namun juga ada nama besar di belakang mereka.

Ada nama besar Atut Chosiyah dibelakang Pilar Saga Ichsan. Ada nama besar Wakil Presiden KH Mar’uf Amin di belakang nama Siti Nur Azizah dan ada nama besar di belakang Rahayu Saraswati, yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga Menteri Pertahanan.

Politik dinasti ini kalau dari perjalanan politik akan bagus karena sosok kepemimpinan teruji, jika ujug-ujug muncul inilah yang aneh. Bahkan absurd. Salah satunya merujuk pencapaian politik dinasti umumnya marak akan terjadi korupsi (KKN).

Direktur Analisis Strategi Politik Komunikasi dari Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI), Gede Munanto dalam sebuah kesempatan yang penulis kutip dari media Indonews.id menyatakan bahwa di bawah kepemimpinan dinasti ada baik buruknya. Namun dalam Pemilukada 2020 ini makin nyata saja penuh kepentingan seakan abuse power dimainkan.

Ide awal dari Pilkada yang menggunakan sistem pemilihan langsung adalah bagaimana agenda ini bisa menemukan dan menyaring anak-anak bangsa yang berprestasi dan memiliki jiwa kepemimpinan yang merakyat karena ia berasal dari rakyat mungkin perlu kita uji apakah faktanya akan demikian.

Ataukah mereka hanya akan menjadi sinterklas yang mencari pencitraan dengan membagi-bagikan sembako atau memang berjuang keras membela kepentingan rakyat Tangsel yang sudah capek dengan kondisi tata kelola pemerintahan kotanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: