EDITOR.ID, Jakarta – Indonesia merupakan Negara yang dianugerahi sebagai bangsa yang majemuk. Disebut bangsa yang majemuk lantaran masyarakat Indonesia berasal dari berbagai macam suku, agama, ras, dan budaya.
Kemajemukan ini menjadi kekuatan besar bagi bangsa Indonesia untuk bisa lebih maju. Kerukunan dalam kebhinekaan merupakan modal utama yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia.
Tidak selayaknya, negara, agama dan perbedaan dijadikan sebuah pertentangan yang dapat memecah belah bangsa.
Selain itu, sikap tidak saling merendahkan dan menghina satu sama lain adalah sebuah budaya yang harus terus kita pertahankan.
Begitu halnya ditahun politik seperti saat ini. Sikap toleransi amat sangat diperlukan, agar masyarakat bisa saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada termasuk perbedaan dalam pandangan dan pilihan politik.
Meski kemajemukan merupakan sebuah kekuatan besar bangsa ini, namun kemajemukan juga bisa berdampak buruk bagi bangsa Indonesia jika sikap toleransi dan sikap tidak saling merendahkan tidak kita jaga dengan baik.
Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Provinsi Jawa Barat Profesor (Prof) Obsatar Sinaga menjelaskan, bahwa negara kita Indonesia memiliki akar budaya yang kuat, meskipun kemajemukan mewarnai budaya kita.
“Tetapi karena akarnya kuat, maka kemajemukan tersebut yang ustru mengkritik menjadi kekuatan baru yang mumpuni bagi bangsa ini,” jelas Prof Obi sapaan akrab dari Prof Obsatar Sinaga, Jumat 8 Desember 2023 saat dihubungi.
Soal hoax di Indonesia apalagi menjelang Pemilu 2024 ini, Prof Obi menjelaskan bahwa hoaks hanya merupakan bentuk trend yang berkembang sebagai akibat dari perubahan teknologi di bidang telekomunikasi.
“Pada dasarnya, hoaks tidak akan bisa merusak struktur kekuatan budaya kita. Hoaks hanya akan memberikan pelajaran berharga dalam proses penetrasi budaya kita, ” terang Prof Obi yang saat dihubungi sedang dalam keadaan sakit.
Profesor yang pernah menjabat Rektor di dua Universitas Swasta terkemuka di kota Bandung ini menilai bahwa pada akhirnya, rakyat menyadari bahwa kebenaran akan selaku menjadi nurani dasar dari akar budaya kita.
“Hoaks hanya bersifat sesaat, dan pada gilirannya akan dikalahkan oleh semangat kebersamaan dan persatuan bangsa yang memaksa setiap hoaks untuk diversifikasi dan untuk ditabayunkan oleh kita, ” jelasnya.
Semakin mendekatnya Pemilu, tentu saja akan muncul berbagai hoaks yang bersifat memecah belah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
“Namun kekuatan budaya kita yan sdh terbukti mampu bertahan, akan juga menggiring sebuah proses demokrasi yang jujur, adil dan bertanggung jawab, “paparnya.