Mengenang Buya Syakur, Ulama Bersahaja Pengayom Umat dan Sahabat Dekat Gus Dur

Dalam Membangun Keberagaman dan Toleransi Antar Umat Beragama Buya Syakur Tetap Sunggingkan Bibir, Meski Banyak Kritik yang Mencibir

Almarhum Buya Syakur Yasin Foto Tangkapan Layar Kanal Youtube Wamimma TV

Buya Syakur selesai dengan skripsi sarjananya yang berjudul Kritik Sastra Objektif terhadap karya novel-novel Yusuf as-Siba’i (Novelis Mesir). Kemudian pada tahun 1977, Buya Syakur Yasin menyelesaikan ilmu al-Qur’an di Libya.

Pada tahun 1979, Buya Syakur menyelesaikan sastra Arab. Tepatnya pada tahun 1981, beliau telah menyeselesaikan S2-nya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia. Setelah itu, kemudian beliau diangkat menjadi staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia.

Setelah menyelesaikan studi di Tunisia, Buya Syakur melanjutkan studi doktor nya di London dan menyelesaikan Ilmu Metodologi dan Dialog Teatris pada tahun 1985. Jadi kurang lebih sekitar 20 tahun lamanya beliau habiskan untuk belajar di Timur Tengah dan Eropa.

Akhirnya pada tahun 1991, Buya Syakur kembali ke Indonesia bersama dengan Gus Dur, Quraish Shihab, Nurcholis Madjid dan Alwi Shihab, kemudian mereka membentuk Forum Empati Club.

Setelah itu Buya Syakur membaktikan diri berdakwah di kampung halamannya, di Indramayu. Atas dorongan sang ibunda pada tahun 1991, Buya mendirikan sebuah pesantren yang diberi nama pondok pesantren Yasiniyah. Pondok pesantren Yasiniyah itu sendiri diambil dari nama ayahandanya.

Hingga pada tahun 1994, Pesantren Yasiniyah mengalami kemajuan yang begitu pesat dari sisi kualitas dan kuantitas. Karena begitu banyaknya santri pada saat itu, sedangkan asrama tempat tinggal santri mengalami kesulitan untuk berkembang maka, Buya memutuskan untuk hijrah ke tempat baru.

Tepatnya pada tanggal 11 April 1996 yang bertepatan dengan bulan Dzulhijjah adalah peristiwa penting yang membahagiakan perasaan seluruh santri dan pengurus waktu itu, karena hari itu mereka melakukan perjalanan hijrah dari Pondok Pesantren Yasiniyah ke Pondok baru yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Cadangpinggan.

Pondok Pesantren Cadangpinggan bertempat di Jl. By Pass Kertasemaya KM 37 RT 01/01 Ds. Gedangan Kecamatan Sukagumiwang Kab. Indramayu.

Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Cadangpinggan terus berkembang di sektor kegiatan santri, salah satunya melalui kegiatan life skill dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

Dalam kegiatan rutinnya, pondok pesantren Cadangpinggan mengadakan kegiatan untuk santrinya seperti: Qiroati, Madrasah Arobiyah, Qiroatul Kutub dan Dirosah Quraniyah.

Selain membaktikan diri lewat pondok pesantren yang didirikan, beliau juga sering mengisi kajian pada masyarakat dan tidak jarang kajian tersebut diunggah melalui media sosial.

Keistimewaan

Keistimewaan yang dimiliki oleh Buya Syakur adalah, seperti yang pernah Gus Dur katakan bahwa di Indonesia ini cuma ada tiga orang yang berpikir analitis dalam memahami Islam, yaitu Quraish Shihab, Pak Syakur, Cak Nur.

Response (1)

  1. Innalilahi wa Innalilahi Ikut Berbela Sungkawa pada guru kami Buya Syakur. Semoga Khusnul Khotimah dan dipenuhi cahaya Allah di alam barzah. Karena Buya adalah guru yang telah mewariskan ilmu kebaikan kepada kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: