Jakarta, EDITOR.ID,- Songket Minangkabau merupakan salah satu asset kerajinan tradisi yang pernah berjaya di masa lalu.
Selain dikenal karena keindahan dan kekayaan ragam hiasnya ,songket Minangkabau menyimpan nilai nilai kearifan dalam setiap motifnya.
Dua sentra tenun Songket yang dulu berjaya dan besar pengaruhnya terhadap songket Minangkabau adalah Muarolabuah dan Canduang, ternyata sudah punah.
Himpunan Wastraprema sebagai perkumpulan pencinta kain Adati serta pelestari kain tradisi,membahas kepunahan dan upaya revitalisasi kain songket ini dalam bincang bincang bertema Menapak Jejak Songket Minangkabau di Canduang dan Muarolabuah dengan Direktur Studio Wastra Pinankabu Nanda Wirawan dengan moderator Nurdiyansah Dalidjo selaku Pemerhati Wastra di Museum Tekstil Jakarta Sabtu (29/6/24)
Bincang bincang yang mendapat banyak perhatian dari pencinta wastra ini juga bisa diikuti secara offline dan oline.
Menurut peneliti wastra songket Wanda Wirawan aktivitas menenun masa lalu berkembang pada hampir seluruh wilayah Miangkabau.
Muaralabuah merupakan salah satu sentra tenun yang cukup berperan dimasa lalu.keunikan ragam hias dengan tehnik menenun yang tinggi menyiratkan adanya pegaruh berbagai kebudayaan diantaranya Proto Melayu, deutro Melayu hingga kebudayaan Dongson.
Namun sayangnya songket songket terbaik asal Muaralabuah tidak lagi ditemukan di daerah ini, baik karena perang ataupun tersebar di berbagai museum dan kolektor asing, demikian juga Canduang pun merupakan salah satu sentra tenun yang paling aktif dimasa lalu yang luput dari berbagai kajian tentang songket Minangkabau.
Keahlian menenun songket di daerah ini dahulunya merupakan symbol dari status sosial tertinggi bagi para perempuan Canduang.
Perguruan tenun pun tersebar pada beberapa dususn di nagari Canduang masa lalu.
Motif motif yang dihasilkan dari daerah ini menyiratkan adanya keterkaitan sejarah antara Canduang dengan Laos dan Thailand di masa lalu yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.
Nanda Wirawan adalah salah seorang pengamat songket yang berusaha untuk merivitalisasi songket Minangkabau yang punah ratusan tahun lalu dan tidak pernah di produksi Kembali.
Namun akibat covid produksi Nanda terhenti dan Nanda Kembali sebagai petani.
Akibat sulitnya bahan baku benang dan langkanya pengrajin.
Pada kesempatan itu Kepala Unit Pengelola Museum Seni Sri Kusumastuti, memberikan apresiasi yang tinggi atas gagasan Wastraprema untuk mengundang salah aeorang pembicara yang khusus di datangkan dari Sumatra Barat dan menjelaskan lebih dalam mengenai songket Muarolabuah yang sudah punah dan bagaimana upaya merevitalisasi