Depok, Jawa Barat, EDITOR.ID,- Salah satu seniman dan maestro pelukis abstrak Indonesia, Chryshnanda Dwilaksana atau akrab disapa CDL memamerkan 50 karya lukisannya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, pada Rabu (4/10/2023) pukul 09.00 sd 11.00 WIB. Pameran lukisan tunggal ini diberi tema “Pasar Burung Terminal Cinta”.
Tak disangka sang maestro pelukis ini juga seorang jenderal bintang dua dan kini memimpin lembaga Sespim Lemdiklat Polri atau sekolahnya para calon Jenderal. Selain itu Chryshnanda juga seorang intelektual bergelar Guru Besar atau Profesor dibidang Ilmu Kepolisian.
Pembukaan Pameran Lukisan Tunggal Irjen Pol Prof Dr Chryshnanda Dwilaksana di FIB UI dibanjiri para mahasiswa yang memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar terhadap karya lukisan Chryshnanda.
Acara pembukaan Pameran Lukisan Tunggal dibuka oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Pol Rycko Dahniel Amelza dan Dekan Fakultas Pengetahuan Budaya Dr Bondan Kamumoyoso. Acara ini juga dihadiri Ketum ILUNI UI Ir Didit Ratam Ph.D dan juga Persatuan CEO Indonesia. Diantaranya Jacksen Kumaat.
Dalam sambutannya Chryshnanda Dwilaksana mengatakan, latar belakang Pameran Tunggal Lukisannya menggunakan tagline tema “Pasar Burung Terminal Cinta”, karena ia melihat fenomena belakangan ini sudah seperti pasar.
“Pasar itu kompleks untuk melihat egaliter, ternyata pasar ini juga berguna untuk perlindungan bahkan untuk informasi awal, untuk melihat dan mengetahui sesuatu, dan dalam kehidupan itu semua seperti pasar, wani piro (berani berapa?), oleh piro (mendapat berapa), bati piro (untung berapa), tentu bagi kaum kaya dan oligarki akan tanya piro? wani piro?,” tutur Chryshnanda.
“Dan selalu ada transaksional, tawar menawar, dan saya melihat di tahun politik ini di era sekarang ini ada potensi menjadi pasar,” lanjutnya.
Chryshnanda menyebut di lembaga pendidikan ada pasar nilai atau rangking. Di Pengadilan ada pasar keadilan. Di posisi birokrasi ada pasar jabatan. Di politik ada pasar kekuasaan.
“Dan inilah refleksi yang ingin kami sampaikan bahwa seni merupakan suatu dialog antara jiwa dengan indera, dimana karya dengan penikmatnya ada suatu dialog satu frekuensi sehingga bisa menelusuri lorong dan relungnya untuk memahami apa pesan yang ingin disampaikan,” katanya.
“Lukisan saya merupakan abstraksi atas pikiran, perasaan, yang saya melihat fenomena belakangan ini sudah seperti pasar,” kata Chryshnanda.