Lupis Mbah Satinem Langganan Pak Harto

Warga Yogya sejak pagi rela antri menunggu dengan sabar. Yang mereka tunggu adalah Mbah Satinem, penjual jajanan tradisional, mulai dari lupis, gatot, tiwul, hingga cenil.

Perempuan yang lahir sejak jaman Jepang itu setiap pagi berjualan ditemani anak keduanya, Mukinem. Untuk bisa menikmati kudapan tradisional buatan Mbah Satinem, pembeli harus datang pagi-pagi.

Sebab meski hanya berjualan di emperan toko namun pelanggan olahan tangan Mbah Satinem banyak. Biasanya, Mbah Satinem telah menyiapkan beberapa kursi bagi yang ingin makan di lokasi meski tidak banyak.

Sambil menikmati lupis hingga gatot buatannya, pelanggan bisa menikmati suasana pagi di Jalan Diponegoro atau kawasan Tugu Yogyakarta.

Lupis Mbah Satinem via Instagram/@voilajogja

Kerap terjadi, seluruh dagangan Mbah Satinem ludes terjual pada pukul 7.30 WIB. “Saya buka jam enam pagi, tutupnya enggak pasti, pokoknya sampai dagangan habis. Kadang jam 8 sudah habis. Itu saja masih banyak yang datang mau beli,” ujar Mbah Satinem.

Kepada setiap pembeli yang datang, Mbah Satinem selalu menyambut dengan senyuman. Dia dan putrinya pun selalu menjawab dengan halus ketika ada pembeli yang datang padahal dagangan sudah habis.

“Saya juga kasihan kadang ada yang sudah antre eh kehabisan, tetapi ya mau gimana lagi,” ucapnya.

Mbah Satinem bercerita, dulu orangtuanya juga berjualan ragam jajanan tradisional tersebut. Oleh karena itu, dia sering ikut membantu membuat sekaligus berjualan.

Baru pada tahun 1963, Mbah Satinem mulai membuat lupis hingga cenil sendiri sesuai dengan resep yang diajarkan ibunya lalu menjajakannya.

“Dulu Simbok (Ibu) yang jualan. Saya berjualan sendiri itu sejak 1963. Resepnya turun-temurun. Masaknya masih memakai kayu,” tuturnya.

Awalnya, Mbah Satinem berkeliling menjajakan dagangannya dengan berjalan kaki di kawasan Kota Yogyakarta. Ibu tiga anak ini berjalan kaki dari rumahnya di Salakan, Trihanggo, Sleman, karena saat itu belum ada transportasi.

“Berangkat dari rumah itu jam 4 pagi, jalan kaki ke kota. Dagangannya saya gendong. Keliling jualan, pulangnya sampai rumah sore,” ungkapnya.

Lupis Mbah Satinem via Instagram/@voilajogja

Setelah itu, Mbah Satinem memilih untuk berjualan di depan ruko pertigaan di Jalan Bumijo, Kota Yogyakarta. Seiring fisiknya yang mulai tua, Mbah Satinem berangkat ke lokasi jualan diantar anaknya dengan mengendarai sepeda. Selama berjualan pun, Mukinem selalu menemani dan membantunya.

“Saya lupa kapan mulai di sini (jualan di depan ruko). Dulu dibonceng sepeda, sekarang dibonceng sepeda motor. Anak saya ini yang menemani jualan,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: