Kolaborasi dan Integrasi Jadi Komponen Utama Optimalisasi Gas Bumi Indonesia

Potensi gas bumi Indonesia hingga 2035 mampu memenuhi kebutuhan gas bumi. Hal tersebut dapat terpenuhi dari berbagai proyek eksisting, Plan of Development (POD) lapangan baru, dan kegiatan eksplorasi.

Rayendra dalam acara Diskusi Media “Tata Kelola dan Optimalisasi Gas Bumi Indonesia” di Bekasi, Rabu (6/12/2023).

Jakarta, EDITOR.ID,- Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rayendra Sidik mengungkapkan Indonesia akan menjadi pemasok gas bumi terbesar di Asia Tenggara.

Bahkan kedepannya, lanjut Rayendra Sidik, proyeksi produksi dan penggunaan gas bumi untuk pasokan energi primer akan meningkat.

“Di masa depan, gas bumi menjadi salah satu sumber energi strategis bagi Indonesia, untuk itu diperlukan kolaborasi dan integrasi antara hulu, midstream dan hilir serta seluruh stakeholder untuk mengoptimalisasi gas bumi Indonesia,” ujar Rayendra dalam acara Diskusi Media “Tata Kelola dan Optimalisasi Gas Bumi Indonesia” di Bekasi, Rabu (6/12/2023).

Menurut Rayendra, potensi gas bumi Indonesia hingga 2035 mampu memenuhi kebutuhan gas bumi. Hal tersebut dapat terpenuhi dari berbagai proyek eksisting, Plan of Development (POD) lapangan baru, dan kegiatan eksplorasi.

“Dalam satu dekade terakhir, lebih dari 50% penemuan sumur eksplorasi lebih banyak berupa gas dan rata-rata 70% POD merupakan pengembangan lapangan gas. Bahkan tahun ini giant discovery di North Ganal yang tercatat sebagai nomor ketiga dunia adalah gas, sehingga kedepannya akan semakin banyak proyek gas sehingga industri pengguna gas harus disiapkan,” tutur dia.

Rayendra menyampaikan untuk meningkatkan optimalisasi gas bumi Indonesia, SKK Migas memiliki strategi push and pull. Strategi Pull adalah strategi komersial yang bertujuan untuk mengembangkan demand lebih mendekat kepada pasokan, yaitu dengan pengembangan sektor Petrokimia terutama wilayah timur Indonesia dan pengembangan smelter.

Sementara itu, strategi Push adalah strategi komersial yang bertujuan untuk mengembangkan moda transportasi sehingga pemenuhan kebutuhan gas bumi dari supply menuju demand eksisting dapat berjalan.

Ditambahkan Rayendra, pembangunan infrastruktur pendukung gas perlu dikembangkan mulai dari pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan hingga Papua. Saat ini pipa gas yang belum tersambung dan masuk dalam rencana pengembangan adalah Dumai – SeiMangke, Cirebon – Semarang (Cisem Tahap II), dan West Natuna Transportation System (WNTS) ke Batam.

“Selain itu, perlu pengembangan kilang LNG baik Small Scale maupun Medium Scale, serta pengembangan terminal regasifikasi baru,” tutur Rayendra.

Rayendra kemudian mengatakan untuk meningkatkan demand gas bumi Indonesia, maka industri hilir harus dikembangkan di dekat WK gas bumi.

“Dengan adanya potensi pasokan gas untuk domestik, diperlukan rencana hilirisasi gas bumi, termasuk rencana pembangunan pabrik pupuk di kawasan timur Indonesia, yaitu FakFak dan Tanimbar,” ujar dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: