Kemudian Gemala mengisahkan ketika itu dirinya tak memiliki amplop dan ditawari staf KBRI untuk menggunakan amplop berlogo KBRI.
Tanpa pikir panjang amplop tersebut ia gunakan lalu diikirim ke Jakarta. Bung Hatta selaku ayah senanh mendapat kabar dari puterinya namun ia juga marah karena puterinya menggunakan amplop berlogo KBRI.
“Itulah ayah saya, tak pernah mau menggunakan fasilitas negara. Saya ingat kata-kata beliau kalau masuk ke sini (rumah) harus jujur”, ungkapnya mengenang foto tersebut.
Dari beberapa foto yang dipamerkan, ada dua foto yang biasa diletakan di meja kerja Bung Hatta, salah satunya adalah foto Bung Hatta bersama isteri dan ketiga puterinya. Menurut Meutia, foto itu diabadikan saat mereka melayat ke salah satu keluarga dekat yang tinggal di Bandung.
Bung Hatta di era kepemimpinannya bersama dengan Bung Karno, mereka berdua sangat mencintai rakyatnya. Sehingga ketika sedang berselisih, permasalahan itu tidak mereka tunjukkan di hadapan masyarakat. Karena tidak hanya rakyat akan sedih dan putus asa, melainkan juga hilangnya ide-ide kreatif dan inovasi.
Sosok Bung Hatta, Keturunan Ulama Besar di Surau Batu Hampar, Payakumbuh dan Cucu dari Syekh Abdurrahman
Bersama Ir. Sukarno, Mohammad Hatta atau Bung Hatta menjadi tokoh penting dalam proses upaya kemerdekaan Indonesia.
Hasil usulan dan upaya pembentukan kemerdekaan Indonesia akhirnya dibacakan oleh Ir. Sukarno didampingi Bung Hatta pada 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB dalam Naskah Proklamasi Kemerdekaan 1945 bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta.
Wakil Presiden Republik Indonesia pertama ini lahir di Bukittinggi, dengan nama Mohammad Athar pada 12 Agustus 1902.
Mohammad Hatta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Hatta merupakan anak dari Haji Muhammad Jamil, seorang keturunan ulama Tariqat Naqsyabandiyah dan cucu dari Syekh Abdurrahman, seorang ulama besar di surau Batu Hampar, Payakumbuh.
Semasa hidupnya, Bung Hatta aktif dalam pergerakan politik, juga sebagai pemikir yang disegani. Bahkan pemikiran pemikirannya dianggap ancaman bagi dunia.
Bung Hatta juga dikenal sebagai sosok yang cerdas, jujur dan hidup sederhana. Kepergiannya pada tanggal 14 Maret 44 tahun yang lalu meninggalkan duka mendalam bagi rakyat Indonesia.
Dikutip dalam Indonesia Free: A Political Biography of Mohammad Hatta, Mavis Rose mencatat hari-hari menjelang kepergian Bung Hatta.
Memasuki tahun 1979, kesehatan Bung Hatta menurun drastis. Kedua kakinya sering terasa kaku. Sehingga ayah dari Meutia Hatta, Gemala Hatta dan Halida Hatta ini, terpaksa harus membatasi gerak dan mengurangi aktivitas serta jadwal kunjungannya ke beberapa daerah.