Kisah Agi Sugianto, Awalnya Kuli Bangunan Kini Jadi Pebisnis dan Miliarder

Jangan Pernah menyerah, ketika kita terbentur tembok. Pilihan tepat harus mencari celah untuk melewati tembok itu. Bukan malah berhenti atau mundur dan jatuh terbentur. Karena masa depan tidak bisa ditebak.

Agi Sugianto tak masuk dalam ritual pengobatannya, tapi ia hanya mengelola manajemen dan memasarkan pengobatan tersebut melalui iklan massif di media cetak dan radio kala itu. Tak disangka, usaha Agi tak sia-sia.

Sejak pengobatan tersebut dikampanyekan melalui iklan sebuah media cetak baik dalam bentuk testimoni maupun artikel, pasien makin penuh dan meningkat. Paling tidak dalam sehari, ada 40 pasien. Ujungnya, pendapatan dari pembayaran pasien pun makin bertambah. Bahkan tarifnya pun lumayan besar karena pasien tak lagi berhitung yang penting ia sembuh dari sakitnya.

Cucu pengobatan khusus pria itu sampai kewalahan. Maka si pemilik klinik pengobatan memberikan “tugas” ke Agi untuk memasarkan dan mengkampanyekan pengobatan alternatifnya.

“Klinik dia promonya suruh gue yang pegang. Sistem bagi hasil. Jadi iklan saya yang kelola. Tempat sama pelayanan dia yang melakukannya. Gue mau ada iklan masuk Pos Metro waktu itu. Mau ada iklan sebulan itu cuma 6 juta gitu. Itu udah dapet branding gitu. Di halaman belakang itu udah berarti dapet branding banner gitu.

“Gue bikin terus satu, terus itu. Nah, kita bikin testimoni tentang pengobatan dia, gue bikin branding dia, Gue modalin cuma sebulan 6 juta. Tapi gue dapet pendapatan bersih tiap hari ini Rp 10 juta,” dibagi dua masing-masing dapat Rp 5 juta. Satu hari lho,” katanya.

Untuk urusan pengobatan termasuk komplain dengan apapun, ya gitu, urusan situ saya hanya sebatas menyampaikan, mempromosikan apa yang kamu lakukan, apa yang dilakukan disitu orang zaman itu kan tau sendiri zaman yang orang lakukan orang pengennya kan pengen besar nih, menggunakan diri,” katanya.

“Klinik pengobatannya makin laris dan dipenuhi pasien, satu hari saya dapat Rp 5 juta bayangkan,” kata Agi.

Berawal dari Kembangkan Bisnis Klinik Pengobatan Tradisional

Tiga tahun setelah usaha berjalan, Agi mengambil keputusan untuk fokus mengembangkan bisnis. Tidak hanya satu klinik, Agi berburu terapis-terapis yang memiliki keahlian pengobatan tradisional.

“Kebetulan beberapa saudara di Boyolali mempunyai aneka keahlian pengobatan alternatif. Saya pun ajak mereka untuk membuka usaha . Saya bertindak sebagai pengembang bisnis ,” jelasnya.

Dari situ, satu per satu, klinik pengobatan lahir, mulai Pasak Bumi, Teh Mayang, rumah Totok, hingga Ummi Siti Latifah.

Agi menggarap bisnis ini dengan lebih modern, dia tidak membuka praktek di gang-gang sempit, tapi di tempat strategis yang mampu menciptakan klinik tradisional yang modern.

Ditengah menjalankan tugas jurnalistiknya, Agi diam-diam mampu mengembangkan bisnis klinik pengobatan tradisional. Hampir tiga tahun ia menjalankan usaha tersebut hingga sukses. Meski sangat mencintai profesi sebagai wartawan, tapi pada tahun 2002, Agi mundur dari dunia jurnalistik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: