Khofifah Dikukuhkan Sebagai Keluarga Kehormatan Masyarakat Samin

Editor.ID – Surabaya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dijadwalkan akan dikukuhkan sebagai keluarga kehormatan sedulur sikep masyarakat samin Bojonegoro, Minggu (23/2/2020).

Acara akan digelar di area Tugu Samin Desa Jipang, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.

“Sebelum pengukuhan, kedatangan Gubernur akan disambut dengan karawitan khas masyarakat Samin dan kesenian Oklik Bojonegoro. Selanjutnya pengukuhan akan dilakukan oleh sesepuh warga Samin, Mbah Hardjo Kardi,” ujar Kepala Dinas Kominfo Jatim, Benny Sampirwanto

Usai pengukuhan, dilanjutkan acara antara lain penyerahan sertifikat “Ajaran Samin Surosentiko Bojonegoro, sebagai Warisan Tak Benda dari Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan RI oleh Gubernur Khofifah kepada Mbah Hardjo Kardi. Kemudian disambung penyerahan Program Keluarga Harapan (PKH) Plus dan penyerahan bantuan Mesin Tenun secara simbolis.

Pada kesempatan tersebut, kata Benny, Gubernur juga akan mengikuti panen raya jagung hasil pertanian masyarakat Samin di lahan Perhutani KPH Ngawi Petak 5.

Selanjutnya, Gubernur didampingi Bupati Bojonegoro, Ana Muawanah, juga akan beramah tamah lebih dulu di rumah Mbah Hardjo Kardi selaku sesepuh Samin, sebelum menyerahkan gunungan sebagai tanda dimulainya pagelaran Wayang Thengul khas Bojonegoro.

Benny menjelaskan, masyarakat Samin merupakan keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, sebuah ajaran berupa pengetahuan kearifan lokal dan interaksi antara manusia dengan alam, sehingga oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dilestarikan. Mereka banyak berdomisili di wilayah Bojonegoro dan Blora Jawa Tengah.

Masyarakat Samin di Bojonegoro mayoritas bermatapencaharian sebagai petani, dan menerapkan sistem pertanian yang tetap menjaga keseimbangan alam.

Bagi mereka hidup seharusnya berasal dari dan untuk alam, yakni dengan tidak menggunakan bahan kimia, membuat alat pertanian sendiri dengan cara memande, hasil pertanian yang secukupnya untuk makan sehari-hari tanpa berpikir untung rugi karena yang terpenting adalah sebuah rasa “cukup”.

Mereka menganut hidup dengan sederhana. Rumah-rumah mereka terbuat dari papan kayu, tegal dan sawah yang hijau nan luas tetap asri terhiasi dengan jalan setapak yang belum beraspal.

Warga saling membantu sesama, tidak perlu dibayar dengan materi mereka ikhlas berbondong-bondong membantu warga lain yang kesusahan bahkan tanpa diminta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: