“Saat itu saya satu pesawat dengan beliau pada 3 Maret 2018 dari Jakarta ke Surabaya menggunakan kelas ekonomi,” ujar Direktur Puskapsi Universitas Jember, Bayu Dwi Anggono dalam keterangannya.
Kesederhanaannya kontras dengan kinerjanya. Lewat ketokan palunya, Artidjo mengembalikan kerugian negara ratusan miliar rupiah. Namun, itu tidak membuatnya jumawa untuk meminta yang berlebih.
“Seorang hakim yang berhasil mengembalikan dalam jumlah besar uang negara yang dicuri koruptor, tapi tidak menggunakan fasilitas maksimal yang bisa dipakai yang menjadi haknya yaitu penerbangan kelas bisnis, melainkan memilih menghemat uang negara dengan naik kelas ekonomi,” ungkap Bayu.
Sebagai Ketua Muda MA, Artidjo dengan santai bepergian tanpa pengawalan ajudan dan juga asisten. Padahal, sebagai hakim agung yang dikenal sebagai algojo ke koruptor, semua kemungkinan bisa terjadi. Namun, ia memilih berjalan sendirian dengan tas ransel di pundaknya.
“Hakim yang sudah bener-benar dekat dengan Sang Khalik,” ujar Bayu.
Lalu bagaimana sesampainya di Jember? Artidjo hanya dijemput beberapa anggota panitia yang mengundangnya dari sebuah pondok pesantren di Jember. Tak ada barisan hakim yang menyambutnya, atau kalungan bunga seturunnya dari pesawat. Tak ada tarian selamat datang yang lazim diberikan panitia kepada pejabat negara yang datang.
“Nggak ada orang pengadilan yang menjemput,” tutur Bayu.
Kini, hakim dengan integritas tinggi itu telah pergi. Kabar duka ini disampaikan Menko Polhukam, Mahfud Md, lewat Twitter. Artidjo meninggal siang ini.
“Kita ditinggalkan lagi oleh seorang tokoh penegak hukum yang penuh integritras. Mantan hakim agung Artidjo Alkostar yang kini menjabat sebagai salah seorang anggota Dewan Pengawas KPK telah wafat siang ini,” tulis Mahfud Md, Minggu (28/1/2021). (Tim)