Kenapa Pembawa Bendera Pusaka Sang Merah Putih ini Meninggal?

EDITOR.ID, Jakarta,- Aurellia Qurratuani (AQA) akan bertugas membawa bendera pusaka Sang Saka Merah Putih pada Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT-RI) ke-74. Namun 17 hari menjelang upacara digelar, gadis ini mendadak meninggal.

Penyebab meninggalnya pasukan Inti Paskibra di Kota Tanggerang Selatan ini masih diselimuti misteri dan menjadi pertanyaan besar. Banyak spekulasi yang beredar kematian Aurellia konon kabarnya terkait dengan latihan yang harus dihadapi siswi SMA Al Azhar ini saat mengikuti latihan Paskibraka menjelang HUT RI.

Kematian siswi berprestasi tersebut mendapat perhatian serius dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Kabarnya, almarhumah sempat bercerita jika timnya menjalani hukuman fisik saat menjalani serangkaian pendidikan dan pelatihan.

Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan persnya pada Sabtu (3/8/2019), menyampaikan duka cita mendalam untuk keluarga Aurel yang pasti sangat terpukul atas kehilangan putri mereka.

Dari informasi yang dihimpun KPAI, memang Aurel dilarikan ke rumah sakit karena jatuh di rumah, namun ada kemungkinan kelelahan berat akibat latihan fisik sehari sebelumnya.

“Keluarga sempat mendengar keterangan anaknya kalau timnya mengalami hukuman karena ada anggota tim yang melakukan kesalahan, dan setelah latihan berat hari itu, dilanjutkan dengan kegiatan berenang yang tentu menguras energi yang tidak kecil,” ucap Retno.

Meski demikian dirinya salut pada keluarga, terutama kedua orang tua Aurel yang begitu tegar menerima musibah musibah tersebur, bahkan berpikir jernih bahwa tidak ada yang salah dengan sistem yang sudah dibuat purna-Paskibraka Indonesia.

Tetapi ulah beberapa oknum yang latah dan berlebihan, membuat pendidikan yang dijalani Aurel dan teman-temannya menjadi jauh lebih berat dari biasanya. Hal ini yang perlu dievaluasi ke depannya dengan belajar dari kasus meninggalnya Aurel.

Retno menyebutkan, berdasarkan cerita ibunda Aurel, memang ada sistem pelatihan yang perlu dievaluasi, karena kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh masing-masing anak itu berbeda. Pemerintah Kota Tangsel perlu melakukan evaluasi menyeluruh agar pelatihan yang dilaksanakan berpedoman pada perlindungan anak, mempertimbangkan usia dan ketahanan tubuh anak.

Komisioner KPAI bidang pendidikan itu berharap kasus ini dapat menjadi momentum semua pihak terkait untuk melakukan evaluasi dan melaksanakan pengawasan selama pelatihan para calon paskibra di berbagai daerah.

“Menjadi pengibar bendera pada saat perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, setiap 17 Agustus tentulah mimpi banyak anak, oleh karena itu perlu didukung semua pihak demi kepentingan terbaik bagi anak,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: