Jakarta, EDITOR.ID,- Polemik pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) yang belakangan ini tak layak dan tak sesuai standar FIFA menimbulkan banyak pertanyaan. Apalagi perusahaan ahli desain dan arsitek asal Inggris Buro Happold yang diklaim telah dilibatkan dalam pembangunan stadion berbiaya triliunan itu membantah ikut berperan.
Lebih lanjut Buro Happold yang berpengalaman pernah membangun stadion milik klub Tottenham Hotsppur menegaskan bahwa pihaknya memang diminta membuat desain stadion.
Tapi anehnya saat pengerjaan diambil alih pihak lain atau kontraktor lain. Dan desain pembangunan stadion tersebut tak sesuai dengan panduan dan konsep yang dibuat Buro Happold.
Atas temuan ini DPRD DKI Jakarta mendesak Jakkon sebagai pemimpin dan pengelola proyek bisa menjelaskan ke publik secara transparan kenapa pembangunan stadion JIS tak sesuai konsep yang dibuat Buro Happold.
Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta Basri Baco menanggapi, ihwal klarifikasi konsultan desain, Buro Happold yang menyebut proyek Jakarta International Stadium (JIS) tidak sesuai dengan konsep atau panduan desain orisinal dari Buro Happold.
Terbaru, dalam pernyataan resminya Buro Happold diketahui menyatakan, tidak pernah diminta untuk mendesain JIS dan tidak pernah pula mendesain stadion ini. Buro Happold menegaskan tidak terlibat dalam pekerjaan konstruksi apapun yang dilakukan kemudian.
Menurut mereka, Jakarta Konsultindo (Jakkon) meminta Buro Happold hanya untuk membuat panduan desain (design guidelines) serta memberikan jasa konsultasi, mulai Desember 2018 hingga Maret 2019.
Atas hal ini, Basri mengatakan, negara akan semakin rusak jika pejabatnya mengorbankan segala hal demi nafsu politik. Oleh sebab itu, dia menyarankan Jakkon selaku anak usaha PT Jakarta Propertindo (Jakpro) meluruskan detail proyek pembangunan JIS agar tak jadi polemik.
“Perlu di-clear-kan saja supaya tidak jadi polemik,” kata Basri sebagaimana dilansir dari Liputan6.com, Senin (10/7/2023).
Basri menyatakan, persoalan yang muncul dari rencana renovasi JIS itu semakin kusut karena dibawa masuk ke ranah politik. Basri menilai, renovasi JIS tak akan jadi polemik apabila tak dipolitisasi.
“Nahkan makin kusutkan kalau sudah masuk ranah politik. Kemarin-kemarin kemana saja tu Jakkon nya. Ini kok kaya jeruk makan jeruk. Anak serang bapaknya,” ujar dia.
Padahal, kata Basri tak ada pekerjaan atau kebijakan yang sebenarnya luput dari kekurangan, termasuk JIS. Dia menilai, JIS menjadi polemik karena merupakan karya yang dibangun era kepemimpinan salah satu kandidat calon presiden (Capres) yang diusung maju Pilpres 2024.