EDITOR.ID, Surakarta,- Gerakan bawah tanah penyebaran paham radikal di Kota Solo masih massif terjadi dan dilakukan secara terselubung melalui kajian agama kelompok sel terputus. Mereka terus melakukan perekrutan anggota baru dengan pola mencuci otak para calon pengikut. Sasarannya, orang awam dan dicekoki dengan ajaran yang salah.
Hal ini diungkapkan Khamidi, salah seorang mantan pengikut kelompok teroris.
“Kalau melihat pengalaman saya dirayu mereka, menurut saya jumlah pengikut mereka terus bertambah dan kelompok ini terus melakukan propaganda secara kelompok kecil tersembunyi,” ungkap Khamidi di rumahnya di kawasan Kota Solo, Kamis (3/10/2019)
Mereka, lanjut Khamidi menyasar tak hanya orang-orang yang kesulitan ekonominya tapi juga kalangan terpelajar.
Kenapa saat itu anda bersedia diajak bergabung ke kelompok teroris ini? “Awalnya saya diajak salah satu pembeli bonsai saya, kemudian saya ditawari pekerjaan, disitulah saya dipengaruhi bahwa perjuangan jihad yang dilakukan mereka dijamin akan masuk surga,” tutur Khamidi.
Pria berusia 51 tahun ini sempat ragu karena latar belakang dirinya yang memang tidak bisa ngaji dan beribadah. “Tapi saya dipaksa diajari ngaji sama mereka, saya bilang saya tidak paham agama dan tidak bisa ngaji, mereka bilang akan diajari hingga paham,” katanya.
Khamidi juga mengaku mereka mengajarkan bahwa negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila itu sebagai kafir karena tidak menggunakan hukum Tuhan. “Saya diajarkan memusuhi pemerintah dengan pemahaman bahwa pemerintah itu kafir, Thogut,” aku pria yang sehari-hari membuka usaha tanaman hias pohon bonsai dan kos-kosan.
Menurut pria yang hidup sendirian ini, jaringan kelompok teroris itu memiliki sumber dana yang besar. Selain itu dalam pola pergerakannya mereka membentuk kelompok-kelompok dalam sel terputus. Kelompok ini dipimpin Amir dan terkadang satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak saling mengenal tapi satu tujuan.
“Saya pernah kaget dalam sebuah pertemuan tiba-tiba saya bertemu paman saya yang juga ikut kelompok ini, padahal saya nggak dikasih tahu darimana saja anggotanya, tiba-tiba kami kumpul berkelompok sudah banyak pengikutnya,” katanya.
Khamidi menceritakan bahwa pemimpin kelompok teroris ini berasal dari orang asli disini bukan dari luar. Namun mereka sebelumnya juga mendapat ajaran dari orang lain. Namun Khamidi tak mengerti darimana mereka belajar soal ajaran itu.
Khamidi sempat terjerumus rayuan mereka dan menjadi pengikut. Pada saat itu Khamidi ditugasi mencari kos buat markas kajian mereka dan mencarikan sepeda motor untuk aksi teror mereka.