Dengan begitu, kata dia, TNI AD tetap memiliki peluang menghadirkan kandidat yang layak untuk dipertimbangkan Presiden, bersama dua kepala staf lainnya.
“Nah, jika mengacu pada suksesi-suksesi yang lalu di masa reformasi, kecuali Jenderal Moeldoko yang digantikan oleh Gatot Noermantyo, belum pernah ada lagi Panglima TNI berturut-turut dari matra yang sama. Artinya secara kelaziman, peluang KSAL Muhammad Ali akan lebih kecil,” katanya.
Bahkan, menurutnya, karena masa dinas KSAU Fadjar juga hanya tersisa beberapa bulan lagi, siapapun KSAD baru nantinya, akan punya peluang lebih besar untuk diusulkan sebagai calon Panglima TNI berikutnya.
“Kecuali pejabat KSAU juga diganti lebih awal. Namun kembali lagi, semua itu adalah hak prerogatif Presiden,” katanya. (tim)