EDITOR.ID, Jakarta,- Operasi intelijen digital tak mengenal wilayah bisa mentarget siapapun dimanapun. Dan kini setidaknya 100 aktivis, jurnalis dan oposisi pemerintah di 10 negara, termasuk Indonesia, menjadi sasaran spyware yang dibuat oleh perusahaan Israel bernama Candiru.
Demikian laporan dari peneliti keamanan siber di Citizen Lab Universitas Toronto, Kanada, yang melacak peretasan dan pengawasan ilegal.
Menurut para peneliti, aplikasi spyware yang dibuat Candiru memanfaatkan kerentanan di sistem operasi buatan Microsoft, yakni Windows. Sementara pengoperasiannya dilakukan di Arab Saudi, Israel, Hungaria, Indonesia dan sejumlah tempat yang membeli dan menginstal aplikasi tersebut.
“Alat ini digunakan dalam ‘serangan presisi’ terhadap komputer target, telepon, infrastruktur jaringan dan perangkat yang terhubung ke internet,” kata Cristin Goodwin, General Manager Unit Keamanan Digital Microsoft seperti dikutip dari Bloomberg.
Citizen Lab mengaku telah memperingatkan Microsoft akan serangan tersebut. Dan setelah berminggu-minggu analisis, perusahaan besutan Bill Gates ini merilis patch pada 13 Juli lalu.
Dalam blognya, Microsoft mengatakan patch tersebut untuk menambal kerentanan Windows yang diyakini sebagai titik masuk spyware. Namun raksasa teknologi yang bermarkas di Redmond itu tidak menyebut soal Candiru, hanya menyinggung sebagai “aktor ofensif sektor swasta yang berbasis di Israel” yang disebut Sourgum.
Dalam laporannya Citizen Lab tidak menyebut siapa saja yang telah menjadi korban dari dari spyware Candiru. Tapi mereka mengatakan spyware tersebut turut meretas politisi dan aktivis hak asasi manusia.
Lebih lanjut para peneliti mengatakan bahwa spyware Candiru adalah bagian dari industri swasta yang menjual teknologi kepada pemerintah dan pemimpin otoriter sehingga mereka dapat memperoleh akses ke komunikasi warga negara dan oposisi politik.
“Alat seperti Candiru digunakan untuk mengekspor ketakutan,” kata John Scott-Railton, peneliti senior di Citizen Lab.
Untuk diketahui, ini bukan kali pertama perusahaan Israel menjual ‘layanan mata-mata’. Masih segar di ingatan nama NSO Group Ltd yang dituduh menyediakan spyware kepada pemerintah sejumlah negara untuk mengintai jurnalis dan aktivis.
Namun NSO menampik tuduhan tersebut. Mereka mengklaim menjual teknologinya secara eksklusif kepada pemerintah dan penegak hukum sebagai alat melawan terorisme dan kejahatan.
Dalam laporan yang diterbitkan pada 30 Juni, NSO Group mengaku telah menolak untuk menjual spyware ke 55 negara dan telah mengambil langkah-langkah untuk mengekang penyalahgunaan oleh pelanggan. (dtc)