“Paling tidak kami bisa memberikan contoh dan ketauladanan kepada generasi muda, agar [mereka] bisa mencontoh dan meneladani apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa untuk merawat dan menjaga bangsa Indonesia ini dengan sebaik-baiknya,” ujarnya
Terakhir, Gerakan Nurani Bangsa mendorong agar Pemilu 2024 juga menjadi momentum memperkuat solidaritas dan konsensus nasional, demi membantu penyelesaian kasus-kasus kebangsaan seperti Papua.
Selebih itu, mereka juga kembali menyampaikan Seruan Tokoh Bangsa untuk Perdamaian di Tanah Papua. Seruan ini telah diselenggarakan di Gedung Persekutuan Gereja-gereja (PGI), Jakarta Pusat, pada 9 November 2023.
Para tokoh bangsa meminta pemerintah dan pihak yang berkonflik di Papua untuk melanjutkan proses penjajakan damai yang harus difasilitasi penengah terpercaya dan imparsial, termasuk oleh tokoh nasional dan pemimpin perempuan, agama, serta adat Papua.
Dia juga menekankan tantangan kontestasi Pemilu 2024 sebagai potensi pemicu polarisasi masyarakat, dan memandang peran tokoh bangsa sebagai krusial, terutama dalam mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga keberagaman pilihan politik tanpa menimbulkan konflik.
Pandangan ulama Quraish Shihab
Ulama senior Quraish Shihab, menyampaikan pandangannya bahwa nurani umat manusia pada dasarnya terdiri atas tiga hal, yakni keadilan, amanah, dan hormat pada orang tua.
“Ketika menamakan ini [Gerakan Nurani Bangsa], sebenarnya arah kami ke sana [keadilan, amanah, dan hormat pada orang tua]. Kita ingin keadilan ini akan menyentuh semua pihak, kita ingin amanah itu ditegakkan, dan kita ingin menghormati orang-orang tua kita yang telah berjasa,” terangnya.
Sementara itu, Kardinal Suharyo, mengingatkan pentingnya tiga kata yang memiliki akar yang sama sebagai kunci untuk merawat bangsa. Tiga kata tersebut adalah “khalik” (sang pencipta), “makhluk” (ciptaan Tuhan), dan “akhlak” mulia.
“Kita semua berharap, ketika seseorang menyadari dirinya sebagai makhluk, kepada sang khalik (sang pencipta), dia mesti bersembah sujud dan beribadah, dan kepada lingkungan, dunia, dan sesama dalam kehidupan bersama dan berakhlak mulia,” terangnya.
Oleh karena itu, sambung Suharyo, segi moralitas dasar tersebut menjadi sangat menentukan dalam upaya merawat bangsa.
“Kita boleh berbicara tentang ekonomi, berbicara tentang kebudayaan, dan sebagainya, tetapi kalau pengertian dasar ini tidak bertumbuh, moralitasnya tidak tangguh, lalu semuanya itu [upaya merawat bangsa] rasa-rasanya rapuh,” tuturnya.
Kemudian, pada kesempatan yang sama, sebagai seorang dosen, Karlina Rohima Supelli menceritakan kegelisahan anak-anak muda, khususnya Generasi Z mengenai arah masa depan bangsa Indonesia. Menurutnya, mereka tidak mengalami periode reformasi dan hanya membaca proses politik saat ini, sehingga perlu pemahaman mendalam tentang arah demokrasi Indonesia ke depan.