EDITOR.ID, Surabaya,- Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto menuturkan, penularan COVID-19 terus melonjak, terutama klaster keluarga.
Tercatat, sampai 18 Juli sudah ada 226.521 kasus positif di Jawa Timur tersebut, dari jumlah itu ada 19.978 anak yang positif COVID-19.
?Ini menyedihkan, klaster keluarga terus naik. Dan ada 89 anak-anak yang meninggal karena COVID-19. Sebanyak 42 anak usia 0-5 tahun dan 47 anak usia 6?18 tahun,” ujar Andriyanto, Jumat (23/7/2021).
Ia melanjutkan, kejadian lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Timur ini banyak terjadi pada klaster keluarga. Lonjakan klaster keluarga bermula dari penyebaran virus yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal satu rumah.
Biasanya, penyebaran berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain.
“Ada beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif antara lain membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan,” imbuhnya.
“Kegiatan berkumpul warga pun menjadi cara virus corona menyebar dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain dengan mudah. Sebab, biasanya saat warga sudah berkumpul, jaga jarak sulit sekali diterapkan,” ungkapnya.
Adanya kematian pada anak ini sudah menjadi peringatan, apalagi kasus yang meninggal dunia lebih dari satu.
“Ukurannya kalau ada satu anak meninggal saja itu sudah wabah, ini sudah 89 anak yang meninggal. Jadi kita harus benar-benar waspada,” jelasnya.
Andriyanto menambahkan, sebenarnya anak-anak itu sulit sekali terpapar. Namun, COVID-19 ini sudah ada ribuan anak yang terpapar. Sehingga kondisi saat ini menurutnya, sudah masuk wabah bagi anak-anak.
Selain itu, katanya, anak-anak yang terkonfirmasi positif COVID-19 itu kebanyakan gizi buruk.
“Tapi bukan karena beratnya kurang saja ya, tapi mereka yang obesitas juga masuk kategori gizi buruk juga,” sambungnya. (dq)