Jam malam, dilema pengendalian Covid-19 dan kebijakan ‘terburu-buru yang luput mengukur dampak ekonomi’

“Pemberlakuan jam malam memang sangat mengurangi aktivitas warga. Secara teori memang mengurangi penularan virus, namun ini belum dilakukannya penelitian secara khusus,” kata Saifullah.

Sementara warga Aceh punya pendapat tersendiri mengenai pemberlakuan jam malam.

Rubaini Lisma yang tinggal di Banda Aceh, misalnya, punya pengalaman ‘buruk’ karena jam malam yang diterapkan di kotanya.

Malam itu asmanya kambuh, ia pun terpaksa keluar rumah untuk berobat ke rumah sakit.

Namun lantaran lupa membawa surat dari kepala desa, sebagai ijin keluar rumah saat jam malam, Rubaini akhirnya harus pulang terburu-buru ke rumah meskipun dalam kondisi asma.

“Landasan hukumnya apa? Apa dengan pemberlakuan jam malam bisa membuktikan bahwa masyarakat Aceh akan terhindar dari virus corona, saat ini pemberlakuan jam malam hanya mengingatkan kita pada masa darurat militer saja, tidak ada solusi kecuali menimbulkan luka lama,” Kata Rubaini Lisma.

Seorang warga Banda Aceh yang sering bekerja pada shift malam, Fuji Safrida Beutari, mengaku kebijakan jam malam tidak efektif untuk menghentikan penyebaran virus, malah membuat ia sering ketakutan ketika pulang ke rumah pada pukul 20.30 WIB.

“Kodisi jalan sangat sepi seperti gak ada kehidupan, lampu-lampu dimatikan di jalan jadi was-was ketika pulang sebab rumah yang jauh, seharusnya lockdown dan subsidi kebutuhan masyarakat,” kata Fuji.

Sementara Saiful Bahri, pegawai warung sate di kawasan Rex, Peunayong menceritakan ‘lesunya’ penjualan.

“Kami yang bekerja disini ada 14 orang, biasanya laku sampai 80 kg sate sejak dibuka pukul 16.00 WiB sampai pukul 02.00 WIB dini hari, tapi karena jam malam warung sudah tidak lagi buka,” kata Saiful Bahri.

Kembali beraktivitas

Kini setelah jam malam dicabut, warga Aceh kembali beraktivitas seperti sebelumnya.

Pemilik usaha mulai membuka kembali warung dan cafe pada malam hari.

Pantauan Hidayatullah, wartawan di Aceh yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, saat pemberlakuan jam malam warga dari lepas salat Isya telah kembali ke rumah, tapi sekarang keadaan kembai seperti sebelum jam malam diberlakukan.

Namun sejumlah desa di wilayah Kota Banda Aceh masih menutup jalan-jalan masuk desa secara mandiri. Selain itu, mereka juga mendata warga yang datang.

“Ada sekitar 20 jalan masuk ke Desa Jeulingke, sejak 28 Maret 2020 sudah kita tutup semua, kecuali tiga jalan utama yang dibuka, tapi dengan penjagaan linmas dan warga,” kata Moch. Syauki, sekdes Jeulingke, Kota Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: