Ia pun tidak menampik bahwa komponen yang digunakan memang mudah didapat di pasaran. Dibanding ventilator yang sudah ada, bahannya ventilator produk ITS ini berbasis pada penggunaan Ambu Bag (Bag Valve Mask/BVM) atau yang secara manual dikenal dengan istilah manual resuscitator. Komponennya juga berasal dari metal acrylic yang mudah ditemui di pasaran.
Namun, aku Aulia, untuk dilakukan produksi secara besar-besaran masih akan diupayakan menjajaki kerja sama dengan pabrik penyedia bahan baku. “Dan yang terpenting komponen yang digunakan tetap akan menunjang kriteria penggunaan klinis robot ini sesuai standar BPFK nantinya,†urainya.
Secara harga, diungkapkan oleh Ashari, produk ventilator di pasaran saat ini bisa mencapai kisaran Rp 800 juta per unit. Namun, untuk ventilator buatan ITS ini diperkirakan nantinya bila diproduksi masala harganya hanya kisaran Rp 20 jutaan per unit. Namun harga yang ada di pasaran itu sebanding dengan langkanya alat ventilator saat ini. Mengingat banyak negara juga tidak ada yang mau ekspor ventilator, karena memang lagi dibutuhkan di masing-masing negara tersebut. Maka dari itu pembuatan robot ventilator ini menjadi solusi kelangkaan tersebut.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Dr Emil Elestianto Dardak yang juga hadir dalam acara ini mengungkapkan apresiasinya kepada ITS, karena selalu berperan secara nyata untuk Indonesia melalui bidang teknologi. Ia juga menyampaikan bahwa Pemprop Jawa Timur akan memberikan bantuan secara optimal agar Robot Ventilator ini dapat segera dimanfaatkan masyarakat luas.
“Harapan saya, teknologi ini dapat memberikan efisiensi penanganan Covid-19 saat ini, sehingga jumlah pasien sembuh juga akan semakin banyak,†tutupnya. (Tim)