Jakarta, EDITOR.ID,- Kabar yang beredar santer bakal ada gempa maha dahsyatt yang disebut Megathrust kini menghantui Indonesia. Pasalnya, Indonesia kembali diingatkan akan potensi bencana alam berupa gempa berkekuatan besar.
Zona megathrust yang mengepung Indonesia disebut punya sejumlah efek dahsyat, termasuk tsunami. Simak penjelasan para ahli soal bahayanya.
Megathrust merupakan pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi di zona subduksi, yakni titik di mana satu lempeng meluncur ke bawah lempeng lain, yang biasanya ada di lautan.
Bahaya utama dari Megathrust adalah gempa besar dan tsunami raksasa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan negara ini berada dalam risiko tinggi untuk mengalami gempa besar tersebut, khususnya di beberapa wilayah yang dikenal sebagai zona megathrust.
Bahkan kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, terdapat dua wilayah utama yang menjadi fokus perhatian, yaitu megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut.
Kemudian, dikatakannya, berdasarkan analisis terhadap seismic gap di kedua zona tersebut, Daryono memperkirakan megathrust Selat Sunda berpotensi memicu gempa berkekuatan maksimal hingga magnitudo 8,7, sementara megathrust Mentawai-Siberut bisa mencapai magnitudo 8,9.
Kedua wilayah ini telah lama tidak mengalami gempa besar, sehingga kemungkinan terjadinya gempa megathrust dianggap sangat besar dan tinggal menunggu waktu.
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Wilayah Indonesia berada di pertemuan berbagai lempeng tektonik, menjadikannya rentan terhadap gempa bumi besar, termasuk yang berasal dari zona megathrust.
Gempa megathrust adalah gempa yang terjadi di zona subduksi, di mana lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng benua.
Gempa merusak
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018. sempat mengingatkan buat mengambil langkah mitigasi untuk mengurangi dampak gempa megathrust. Salah satu langkah mitigasi yang ia sorot adalah dengan mengaudit gedung-gedung yang ada di Jakarta.
“Mulai dari mengaudit gedung-gedung yang ada di DKI ini, banyak gedung tinggi, tapi apakah konstruksinya sudah benar-benar bangunan yang di daerah rentan gempa,” ujar Dwikorita saat itu.
“Maksudnya, bukan berarti kalau ada gempa dijamin bangunannya tidak akan runtuh. kemungkinan tetap akan retak, bahkan kalau gempanya sangat kuat, kemungkinan tetap akan runtuh, tapi yang kita jaga kalau runtuh itu jangan langsung dalam satu detik runtuh.”
“Yang kita jaga, seandainya retak dan akan runtuh, itu membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga memberi kesempatan orang yg ada dalam gedung untuk menyelamatkan diri,” lanjut dia.