EDITOR.ID, Jakarta,- Indonesia Police Watch (IPW) menyayangkan adanya sejumlah purnawirawan dijadikan pimpinan moge untuk membekingi atas keugal-ugalan kelompok Motor Gede. IPW menyarankan jenderal purnawirawan jangan mau dijadikan bumper arogansi kelompok moge. Jika tidak, mereka akan dicibir dan tidak dihargai publik.
Pernyataan IPW ini menanggapi peristiwa arogansi kelompok Harley Davidson Bandung Chapter yang mengeroyok dua Prajurit TNI hingga babak belur dan dilarikan ke Rumah Sakit. Pengeroyokan ini terjadi di Simpang Tarok Kelurahan Tarok Dipo Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat pada Jum’at tanggal 30 Oktober 2020 pukul 16.40 WIB.
Kelompok Harley itu arogan karena mentang-mentang pimpinannya seorang purnawirawan jenderal bintang tiga, Letjen TNI (Purn) Djamari Chaniago. Djamari juga menganggap enteng masalah ini.
“Letnan Jenderal (Purn) Djamari Chaniago harus mencabut pernyataannya, yang menganggap kasus pengeroyokan yang dilakukan anggota motor gede (moge) yang dipimpinnya terhadap dua prajurit TNI sebagai masalah kecil,” sebut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Netta S Pane dalam keterangan tertulisnya kepada EDITOR.ID di Jakarta, Minggu (01/11/2020)
IPW menilai pernyataan Djamhari itu sangat tidak mendidik dan sangat mengedepankan sikap arogansi dari seorang pensiunan militer.
“Seharusnya sebagai pimpinan kelompok moge, Djamhari meminta maaf kepada masyarakat, karena anggota rombongannya sudah berbuat semena mena, tidak hanya kepada masyarakat umum di jalanan, tapi juga kepada anggota TNI yang dikeroyok,” ujar Netta.
Sikap Djamhari yang arogan itu, lanjut Netta, tidak pantas ditiru dan akan membuat dirinya dicibir oleh masyarakat luas, yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sebagai pensiunan yang seharusnya dihormati publik.
Untuk itu IPW berharap, Djamhari sebagai purnawirawan mau berjiwa besar mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada masyarakat luas, khususnya kepada kedua prajurit TNI yang sedang terbaring di rumah sakit akibat dikeroyok anggota masyarakat sipil pengguna moge tersebut.
“Seharusnya Djamhari bisa berkomentar lebih santun dan kebapakan dalam melihat kasus ini,” tutur Netta.
Menurut Netta, belajar dari kasus ini, sudah saatnya para petinggi yang menjadi pimpinan motor gede mengingatkan para anggotanya agar tidak bersikap arogan di jalanan.
“Dan tidak bersikap ugal ugalan atau tidak menjadi raja jalanan seperti geng motor yang banyak dikeluhkan masyarakat,” tegas Netta.