IPDN Jadi Kawah Candradimuka Dosen Berprestasi, Mulai dari Luthfi Hingga Prof Ryaas

drs. asri hadi bersama komisaris independen pt pelindo muchtar luthfi andi mutty

EDITOR.ID, Jakarta,- Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) yang kini berganti nama menjadi Institut Pemerintahaan Dalam Negeri (IPDN) dalam perjalanan waktu telah membuktikan bahwa kampus ini menjadi kawah candradimuka yang menghasilkan segudang tokoh berintegritas dan berprestasi.

Selain punya loyalitas yang tinggi dalam pengabdian kepada negara (melayani masyakarakat-red) sebagai abdi birokrasi pemerintahan daerah maupun sebagai Kepala daerah.

Hal ini dibuktikan oleh sejumlah pengajar di Kampus milik pemerintah yang sebelum dipercayakan menjadi dosen, mereka memiliki track record yang baik dan prestasi yang gemilang dalam tugas yang diemban. Demikian pun sebaliknya atau vice versa.

Dosen-dosen IPDN yang memiliki karir membanggakan sebut saja di antaranya adalah Muchtar Luthfi Andi Mutty yang kini menjabat sebagai Komisaris Independen PT Pelindo.

Bagi sebagian besar masyarakat Luwu Raya, khususnya Kabupaten Luwu Utara — nama Muchtar Luthfi Andi Mutty tidaklah begitu asing. Bagaimana tidak, sosok yang akrab disapa Opu Lam ini merupakan mantan Bupati Luwu Utara dua periode.

Namun sebelum menjadi bupati, Opu Lam sendiri adalah sosok sentral dalam perjuangan pembentukan Kabupaten Luwu Utara pada tahun 1999. Ia berperan sebagai tim dan pelopor bersama Prof Ryas Rasyid dalam pembentukan Kabupaten Luwu Utara.

Ia juga secara pro aktif menyetujui pemekaran Kabupaten Luwu Utara menjadi Kabupaten Luwu Timur tahun 2003.

Setelah Luwu Utara dibentuk dan ia terpilih menjadi menjadi Bupati Luwu Utara sejak (1999-2004 dan 2004-2009), Opu Lam dikenal sebagai tokoh yang berjasa di balik keamanan dan stabilitas di daerah yang rawan atas pertikaian tersebut. Hal ini membuatnya layak menerima penghargaan tinggi Bintang Jasa Utama.

Ia juga menjadi tokoh yang berjasa di balik pembangunan jalan beton di wilayah pesisir Kecamatan Malangke dan Malangke Barat tahun 2005 yang merupakan jalan beton pertama di Sulawesi Selatan.

Ia juga melakukan revitalisasi penyuluh pertanian tahun 2001 sebagai cikal bakal revitalisasi sektor pertanian oleh pemerintah pusat tahun 2005.

Opu Lam juga yang berperan menjadikan Luwu Utara sebagai lumbung pangan Sulsel sejajar dengan Bosowa, Sidrap dan Pinrang.

Beranjak dari pengalamannya memimpin Kabupaten Luwu Utara selama dua periode, Opu Lam selanjutnya ditunjuk sebagai Staf Khusus Wakil Presiden Budiono Pada 2009 lalu.

Tak sampai di situ, pria kelahiran Masamba, Kabupaten Luwu Utara ini selanjutnya mencalonkan diri maju sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI).

Ia maju melalui Partai NasDem yang akhirnya terpilih mewakili rakyat duduk di kursi parlemen tepatnya Komisi 2 yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, reformasi birokrasi dan reforma agraria priode (2014-2018).

Pemimpin Redaksi Indonews.id selaku dosen senior IPDN, Drs. Asri Hadi menyampaikan bahwa tangga karir Luhtfi Mutty terbilang sempurna setelah 10 tahun menjadi dosen di IIP.

“Setelah menjadi dosen IIP, ia menjadi Bupati di Luwu Utara, Sulawesi Selatan selama 2 periode. Lalu kembali ke Jakarta sebagai Staf Khusus Wakil Presiden RI selanjutnya menjadi Anggota DPR RI dan sekarang dipercaya sebagai Komisaris Di BUMN,” kata Asri Hadi di Jakarta.

Prof Ryaas Rasyid

IIP atau IPDN tak hanya punya Lufthy Mutty, namun ada juga Prof Ryaas Rasyid. Setelah menjadi Rektor IIP, Prof Ryass kemudian menduduki jabatan Dirjen Otonomi Daerah (Dirjen Otda) Kemendagri.

Selanjutnya, karena integritas dan prestasinya selama menjadi Dirjen Otda, Prof Ryaas dipercayakan menduduki jabatan yang lebih tinggi yakni menjadi Menteri OTDA.

Tidak sampai di situ, ia kemudian dipercayakan oleh Presiden Abdurachman Wahid menjadi Menteri PAN.

“Selain itu, juga ada prof Djohermansyah Djohan. Setelah menjadi Dosen IIP karirnya berlanjut di KPU. Kemudian menjadi Staf Khusus Wakil Presiden RI dan Dirjend Otonomi Daerah Kemendagri,” ungkap Asri Hadi yang merupakan pengurus di Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) itu.

Penerima Penghargaan Satyalacana Dwidya Sistha ini berharap, ke depannya, akan bermunculan dosen IIP/IPDN yang memiliki prestasi gemilang.

“Semoga ke depan ada lagi Dosen IIP/IPDN yang karirnya sukses sehingga apa yang sudah dirintis dari dosen senior IIP itu dapat berlanjut untuk kemakmuran masyarakat Indonesia,” tutup dosen lulusan Monas University Australia ini. (tim)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: