Faldo yang balihonya semasa kampanye bertebaran sangat banyak sepanjang sisi rel kereta Jatinegara-Bekasi di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jakarta Timur, itu berhasil mengoleksi 56.725 suara.
Namun, partainya, PSI, hanya mendapatkan 122.443, kalah banyak dari PKB yang di atas kertas berhak atas kursi keenam/kursi terakhir di dapil ini dengan raihan 145.309 suara.
Sehingga, seandainya pun PSI berhasil tembus ambang batas parlemen/parliamentary threshold 4 persen, Faldo tetap tak cukup suara untuk bisa duduk di Senayan.
10. Ustadz Kondang Yusuf Mansur dan Presenter TV Aiman Witjaksono
Dua orang kesohor ini juga hampir pasti gagal melaju ke Senayan. Partai mereka, Perindo, total hanya sanggup mendapatkan 24.420 suara dari dapil Jakarta I sehingga tak akan kebagian jatah kursi DPR RI.
Ustaz kondang Yusuf Mansur juga hanya mendapatkan suara kedua terbanyak di Perindo dapil Jakarta I, yakni 4.245 coblosan.
Perolehan suara pria bernama asli Jam’an Nurchotib Mansur itu masih di bawah eks jurnalis Kompas TV Aiman Witjaksono yang maju dari partai yang sama dengan 8.605 suara.
11. “Kritikus Ahok” Buni Yani
Buni Yani adalah salah satu figur paling mencolok dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang bernuansa politik identitas.
Buni Yani adalah auktor intelektualis di balik viralnya selip lidah eks Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama/Ahok soal surah Al-Maidah di Kepulauan Seribu.
Buni Yani adalah sosok yang mengunggah ulang potongan video pernyataan Ahok itu hingga viral di media sosial dan menimbulkan demonstrasi besar dan membuat Ahok dipidana.
Pada Pileg DPR RI 2024, Buni Yani mencalonkan diri sebagai caleg dari Partai Ummat, partai konservatif anyar bentukan Amien Rais. Wakil Ketua Umum Partai Ummat, Buni Yani
Buni Yani meraup suara tertinggi di internal partainya untuk dapil ini, yakni 3.967 coblosan.
Namun, secara jumlah, total raihan suara Ummat di dapil ini hanya 13.345 suara, lebih kecil dari Perindo sekalipun sehingga di atas kertas tak memiliki peluang untuk ke bagian satu kursi di Senayan. (tim)