Biaya per barel pun turun menjadi US$ 17,9 per barel. Optimasi biaya ini diperoleh dari optimasi pengeboran, konstruksi, asuransi fasilitas dan sumur, rantai suplai, hingga digitalisasi.
“Hal ini dicapai tanpa mengorbankan integritas operasi,†kata Agus.
Norliwati Abdul Wahab menjelaskan ada tiga hal yang dapat dilakukan dalam melakukan optimasi biaya.
Pertama, mulai mempertimbangkan aspek margin dan hal-hal yang mendorong tercapainya margin.
Sebagai perusahaan migas yang juga menjadi operator, aspek yang paling diperhatikan adalah biaya yang dapat dikembalikan (cost recoverable).
Dikategorikan biaya yang dapat dikembalikan dan biaya yang tidak dapat dikembalikan, serta yang masuk ke dalam peningkatan biaya yang akan meningkatkan produksi.
Dalam kondisi pembatasan modal, perusahaan harus memprioritaskan alokasi modal.
“Implementasi ini sangat penting, tidak hanya dari segi portofolio perusahaan, tetapi dari segi aset dan lapangan,†katanya.
Kedua, dalam hal telaah biaya. Data finansial lebih banyak disajikan untuk kebutuhan laporan keuangan rutin, bukan didesain untuk menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan langkah strategis terkait bisnis.
Untuk itu, transparansi biaya maupun faktor-faktor pendorong munculnya biaya perlu disajikan secara gamblang. Identifikasi faktor-faktor pendorong munculnya biaya penting agar perusahaan bisa mengambil keputusan yang tepat.
Ketiga, penerapan cara kerja baru melalui pemanfaatan teknologi digital. “Teknologi dan digitalisasi untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga mengurangi biaya,†kata Norliwati.
Dia mengungkapkan, peran pemerintah sebagai regulator menjadi penting untuk memastikan biaya yang diajukan kontraktor KKS dapat dipertanggungjawabkan, membantu terciptanya iklim persaingan yang sehat antara kontraktor untuk menurunkan biaya, dan memfasilitasi sharing pengalaman yang ada di berbagai lapangan.
“Regulator juga harus mendorong penerapan teknologi baru dengan memberikan insentif kepada kontraktor,†katanya.
Direktur Marketing dan Strategi, Schlumberger, Fred Majkut, menjelaskan strategi survival yang biasa dilakukan saat harga minyak rendah adalah pemangkasan biaya dengan restrukturisasi dan perampingan sumber daya manusia, serta evaluasi portofolio.
Selain itu, dilakukan kolaborasi antara operator dan perusahaan jasa mengerjakan model baru untuk mendorong produksi dengan biaya tambahan yang lebih rendah. “Namun, faktor utama efisiensi biaya adalah penerapan teknologi digital karena mengurangi ketidakpastian atau risiko kegagalan,†katanya. (tim)