Pada 1992, Asri Hadi meraih beasiswa dari pemerintah Australia untuk melanjutkan pendidikan S2 di Monash University, Clayton Victoria, Australia dan mendapat gelar Master Of Arts pada 5 Oktober 1994.
Mulai 24 September 1984, melanjutkan kursus bahasa Inggris di Giles College, 69, Marine Parade dan di Swan School English di 111 Banbury Rood, Oxford, England. Asri Hadi tinggal di Inggris sampai tahun 1985.
Asri Hadi merupakan dosen senior di Kampus IPDN, tapi berkutat di dunia jurnalistik sudah lama juga, masih di awal periode 90-an, di kala BNN masih bernama BKNN, dimana nahkoda pertama-nya Jenderal Ahwil Lutan.
“Kita yang membantu relawan, agar BKNN eksis hingga kemudian menjadi BNN, dan kemudian diakui kredibilitasnya. Tanpa dana, kita bergerak,” papar Asri Hadi mengenang awal perjuangannya menjadi wartawan.
Siapa sangka, majalah HealthNews menjadi media againtsdrugs pertama dari Indonesia yang diakui Badan Dunia PBB, UNODC.
“Kita para senior di media massa, memberi sumbangsih pada bangsa ini untuk cegah narkoba, lewat edukasi media,” kata Asri Hadi.
Ya, secara swadaya, tanpa bantuan pemerintah, Healthnews dan aktivitas on air kami lakukan. Integritas itu yang penting bagi kami dalam menjalankan idealisme.
“Saya juga membantu di beberapa media, antara lain, majalah Eksekutif. Bacaan pebisnis dan gaya hidup, hingga akhirnya nyangkut menjadi Pemred Indonews.id dan Pemimpin perusahaan Hariankami.com,” ujar Asri Hadi.
“Di Asosiasi Media Digital Indonesia, saya sebagai Bendahara. Kami bersahabat dengan para pengrajin media digital, pemilik media online. Mereka sosok-sosok yang mumpuni di bidang media digital,” imbuhnya.
Di sinilah, kita saling men-suport, bahwa kemampuan jurnalistik harus diimbuhi pengetahuan kata kunci, keyword hingga dukungan orang IT.
Apa yang harus dilakukan ketika mesin melakukan semuanya. Mengubah data menjadi makna.
2. Edi Winarto
Edi Winarto merupakan sosok yang sudah 32 tahun malang melintang di dunia media massa. Pertama kali bekerja sebagai wartawan di Grup media JAWA POS. Kemudian pindah bekerja sebagai asisten redaktur rubrik berita keuangan di HARIAN MEDIA INDONESIA milik Surya Paloh.
Selang beberapa tahun kemudian pindah mengabdi sebagai Redaktur Halaman Ekonomi Harian Merdeka (Saat ini jadi Rakyat Merdeka,red). Kemudian bertransformasi masuk menjadi Jurnalis Televisi. Ia belajar jurnalis televisi dari wartawan senior ABC TV Australia dan Produser Eksekutif SCTV Sabar Hutapea.
Saat itu Edi Winarto bekerja di channel bisnis tv di kanal Indovision, Quick Financial Channel yang dibangun maestro televisi Peter Gontha. Kemudian Edi Winarto dikirim ke TV Swara DPR untuk membantu pengembangan tv parlemen disana.