Nusa Dua, Bali, EDITOR.ID,- Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 – 2022 ternyata masih meninggalkan dampak pada industri hulu migas Indonesia. Sejumlah perusahaan migas mengaku kesulitan mendapatkan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung kegiatan hulu migas yang dilakukan secara massif di Indonesia beberapa tahun terakhir.
Hal ini disampaikan Project Deputy General Manager BP Berau Mulyawan Samad saat menjadi pembicara pada Concurrent Forum 5 bertajuk “Integrated Supply Chain Breaking Boundaries: Balancing supply and demand through Integrated Supply Chain and Cost Optimization in Indonesia”, di Nusa Dua, Bali, Kamis (21/9/2023).
Acara ini merupakan bagian dari 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023 yang diselenggarakan pada tahun 20 – 22 September 2023.
Mulyawan Samad mengatakan, sejak pandemi COVID-19, perusahaan kesulitan mencari supplier barang dan jasa yang bagus untuk memenuhi operasional. Perang Ukraina dan Rusia juga memperparah rantai pasok ini.
Menurut dia, ada masalah yang dihadapi saat ini, yaitu availability brain (insinyur di setiap divisi), dan kepastian big supplier.
“Engineer yang handal sangat sulit kami menemukan, tidak seperti pada 10 tahun lalu sebelum pandemi,” katanya
Mulyawan mengatakan, untuk mengatasi masalah big supplier, perusahaan memiliki kecenderungan untuk menggerakkan jalur relasi mereka sampai ke atas.
Saat pandemi terjadi, supplier melakukan efisiensi dan dampaknya akan ikut dirasakan oleh perusahaan yang menggunakan produknya. Sementara para supplier baru cenderung belum dapat melakukan terobosan.
“Kita diskusi dengan SKK Migas dan melakukan propose dari sisi teknikal (Brain Engineer). Kami sangat memerlukan teknisi yang andal. Dalam merekrut vendor, kami sangat ketat dan SKK Migas membantu menyaringnya,” ujarnya.
Masalah kebutuhan insinyur juga disampaikan Arc Steven, Senior Project Manager PT Meindo Elang Indah. Dia mengatakan perusahaannya mempunyai 60 insinyur, tapi hanya 30-40 persen yang masih berumur di bawah 60 tahun.
Menurut dia, digitalisasi membantu pergerakan kebutuhan insinyur migas saat ini. “Ada beberapa projek yang mensyaratkan posisi engineer harus diisi orang Indonesia,” ujar dia.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pada tahun 2023 jumlah pekerja di KKKS sebanyak 19 (sembilan belas) ribu.
Untuk meningkatkan produksi pada tahun 2030, dibutuhkan tambahan pekerja sekitar 4 (empat) ribu. Pada akhir tahun 2022, sebanyak 21% pekerja berusia di atas 51 tahun.