EDITOR.ID, Jakarta,- Kawasan laut China Selatan tepatnya di Natuna kembali memanas setelah Angkatan Laut Tiongkok menggelar kapal induk di perairan tersebut. Sejumlah negara punya kepentingan terhadap wilayah laut ini termasuk Indonesia.
Indonesia pun menempatkan ujung tombak “markas” penjaga kedaulatan di pulau Galang, Natuna. Apakah Indonesia mampu mengimbangi raksasa militer Tiongkok yang sudah diakui kedigdayaannya oleh dunia. Bahkan Tiongkok memiliki ratusan ribu alat tempur super canggih maupun kapal perang.
Salah satu alat perang yang kini diperhitungkan dunia adalah peluru kendali alias Rudal. Senjata ini mampu melumat kekuatan musuh dengan jarak tembak yang sangat jauh. Sedangkan Indonesia adalah kekuatan terbesar di Asia Tenggara, bahkan belahan bumi selatan meski harus bersaing ketat dengan Australia.
Dan untuk memperkuat kekuatan militernya, Indonesia mulai membeli dan belajar membuat senjata tempur secara besar-besaran. Salah satu senjata yang mendapatkan perhatian besar adalah rudal penghancur.
Diam-diam saat ini Indonesia ternyata memiliki banyak sekali rudal penghancur yang sangat ditakuti militer di kawasan Asia Tenggara dan dunia. Daya serangnya di darat maupun di udara membuat negara tetangga ketar-ketir. Bahkan di kawasan Asia Tenggara, Indonesia sudah seperti penguasa dengan kekuatan militernya.
Inilah enam rudal penghancur milik Indonesia yang kehebatannya diakui Asia Tenggara. Mari simak dengan saksama.
1. Yakhont P 800, Rudal Paling Ditakuti Andalan TNI AL
Rudal buatan Rusia ini dikenal legendaris ditakuti militer Amerika. Rudal Yakhont punya daya jelajah jarak menengah supersonik strategis generasi keempat yang baru digunakan oleh Rusia, Indonesia, Vietnam, Suriah dan India.
India menamakan rudal ini BrahMos (diambil dari dua nama sungai, Brahmaputra dan Moskva) hasil joint venture India dan Rusia. Yakhont memiliki jarak tembak 300 Km atau setara dengan jarak Surabaya ke Semarang, sedangkan hulu ledaknya adalah 200 Kg.
Di Asia Tenggara, Yakhont hanya digunakan oleh Vietnam dan Indonesia. Perbedaannya, Vietnam menempatkan rudalnya di Silo (tempat peluncuran) di pantai, bersifat statis, untuk keperluan defensif untuk menghadang kapal-kapal perang Cina yang bersengketa dengan Vietnam tentang kepulauan Spratly, sedangkan Indonesia menempatkannya di atas kapal perang yang bersifat dinamis. Bisa digunakan untuk keperluan ofensif maupun defensif.
Hal di atas membuat peta pertahanan keamanan di Asia Tenggara berubah, terlebih setelah sebuah fregat TNI AL yaitu KRI Oswald Siahaaan 354 sukses melakukan uji coba penembakan rudal Yakhont di Samudera Indonesia pada tahun 2011. Perubahan ini terjadi, karena sampai saat ini negara-negara ASEAN lainnya masih mengandalkan rudal jarak pendek saja seperti Exocet dan Harpoon.