Berbeda dengan Indonesia yang telah resmi bersedia mengekspor listrik ke Singapura, pemerintah Malaysia justru melarangnya.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik sikap pemerintahnya tersebut.
“Media melaporkan bahwa Singapura memerlukan pasokan listrik dan akan beli dari Malaysia”, ujar Mahathir kepada media di Kuala Lumpur, Rabu (27/10), sebagaimana dilansir JPNN.
Mungkin karena informasi tersebut, kata Mahathir, Kementerian Tenaga dan Sumber Asli (KeTSA) mengeluarkan pernyataan bahwa hanya pasokan yang tidak bisa diperbarui saja yang boleh diekspor ke Singapura. “Ekspor listrik melalui saluran milik swasta juga tidak dibenarkan”, katanya.
Tetapi, kata Mahathir, masyarakat tahu bahwa Malaysia mengekspor air ke Singapura dengan harga tiga sen per seribu galon.
“Kita juga tahu selundupan pasir laut dan darat dari Malaysia ke Singapura sedang dilakukan”, kata eks Perdana Menteri Malaysia itu.
Mahathir berpendapat jika Malaysia mengekspor listrik dari tenaga surya dan angin maka negara itu tidak kehilangan apa-apa.
“Saya kurang faham dengan dasar pemerintah hari ini. Dengan keputusan ini investasi yang tidak kecil dan peluang kerja terhalang”, kata dia menambahkan.
KeTSA pada Jumat (22/10) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah Malaysia memutuskan untuk meninjau ulang penjualan listrik lintas perbatasan yang dikeluarkan Komisi Energi.
Keputusan itu diambil untuk mendorong pengembangan industri energi terbarukan di dalam negeri karena Malaysia ingin mencapai target perubahan iklimnya.