EDITOR.ID, Flores Timur, – Banjir bandang menerjang Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4) dini hari. Kabar terkini menyebut 54 orang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
“Jumlah korban longsor yang ditemukan dalam kondisi tak bernyawa hingga Minggu sore, ada 54 orang dari sebelumnya 20 orang, sementara ini upaya pencarian masih terus berlangsung di lapangan,” kata Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli kemarin.
Banjir bandang yang juga menyebabkan longsoran tanah itu terjadi di beberapa desa yang ada di Kabupaten Flores Timur. Longsoran paling parah terjadi di Desa Nele Lamadiken, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur.
Agustinus mengatakan, bencana itu terjadi pada Minggu sekitar pukul 01.00 Wita. Banjir terjadi akibat hujan yang disertai angin kencang dan terjadi cukup lama.
Agustinus mengatakan, air yang mengalir deras di pemukiman warga saat banjir bandang terjadi tak hanya membawa longsoran tanah, tetapi kayu bahkan batu-batu besar yang langsung menghantam permukiman warga.
Selain korban meninggal, puluhan rumah juga diprediksi mengalami kerusakan parah akibat kejadian ini.
“Ada korban meninggal juga yang ditemukan di Desa Nobo yang berada di area bawah Desa Nele Lamadiken karena terseret banjir,” ungkapnya.
Agustinus mengatakan korban banjir bandang yang terjadi di titik lain, yaitu wilayah Waiwerang dan sekitarnya di Kecamatan Adonara Timur yang ditemukan meninggal juga bertambah satu orang sehingga menjadi empat orang.
Meski telah menemukan banyak korban jiwa, namun keterbatasan peralatan juga disebut menjadi penghambat upaya pencarian korban di lokasi kejadian. Hal ini diungkap Camat Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur Damianus Wuran.
Damianus menyebut keterbatasan alat berat di daerahnya menghambat upaya pencarian korban banjir bandang yang melanda wilayah Waiwerang dan sekitarnya di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4) dini hari WITA.
Bahkan hingga saat ini, warga masih melakukan pencarian korban secara mandiri di lokasi kejadian. Alasannya persediaan alat berat yang ada di Pulau Adonara sudah dimobilisasi untuk mendukung penanganan bencana serupa di Kecamatan Ile Boleng.
“Karena korban yang di Ile Boleng lebih banyak sehingga evakuasi alat berat diprioritaskan ke sana, kami kesulitan alat berat. Sehingga, pencarian korban jadi lambat,” ujarnya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan pihaknya akan menyiapkan 10 ribu kit tes antigen di wilayah Flores Timur untuk mencegah penularan COVID-19 di pengungsian.
“Rapid test antigen 10 ribu test kit,” tutur Raditya dalam jumpa pers daring.
Menurutnya, meski dalam kondisi dirundung bencana BNPB tetap mengedepankan protokol kesehatan selama menanggulangi bencana banjir di Flores. Mereka tak ingin penanganan pandemi diabaikan saat ada bencana alam. (Tim)