Abiprayadi menggeluti fotografi sejak tahun 1973 atau ketika masih sekolah SMP. Saat itu ia menggunakan kamera miliknya ayahnya yang baru dibeli dari Jepang, Nixon F-2, kamera yang sempat legendaris itu.
Selepas pensiun dari profesinya sebagai bankir dan CEO sejumlah lembaga keuangan, ia makin getol mengisi waktu senggangnya untuk membuat karya demi karya fotografi. Ia memotret angle-angle dan momen alam langka dimanapun berada. Bahkan ia harus pergi keluar negeri hanya sekadar untuk mengejar sebuah momen langka.
Koleksi foto-foto jepretan kameranya yang kental nilai artistik dan bergaya landscape banyak mengabadikan keindahan alam fatamorgana momen alam dan bangunan yang langka. Seperti misalnya mengambil momen keajaiban alam dan bangunan langka.
Dalam jepretannya Abiprayadi mampu memadukan sinar matahari, bangunan kuil di Thailand yang artistik dan estestis ia padukan dengan kondisi alam sekitar. Karya foto-fotonya nyaris seperti sebuah lukisan realis tiga dimensi, sangat dalam.
Demi memburu keajaiban alam, pemandangan langka atau bangunan unik dimuka bumi, Abiprayadi harus mengeluarkan biaya untuk perjalanan ke luar negeri berhari-hari mengunjungi sudut-sudut belahan bumi paling langka untuk memotret momen dan pemandangan langka tersebut.
Semisal, Abiprayadi harus berhari-hari tinggal di sebuah tempat terpencil di Norwegia untuk menunggu munculnya Aurora Borealis. Dan ia akhirnya mampu mengabadikan keajaiban alam itu meski harus terpana dan nyaris tidak memotretnya karena sempat tertegun cukup lama karena tak percaya melihat fenomena alam yang sangat aneh dan langka itu.
The Northern Lights, atau yang dikenal juga sebagai Aurora Borealis, adalah fenomena alam yang memukau di langit Norwegia. Cahaya aurora yang mempesona ini terbentuk akibat interaksi partikel bermuatan yang berasal dari matahari dengan medan magnet bumi.
Sudah 15 negara didatangi demi sebuah angle visual keunikan alam landscape khas negara yang dikunjunginya.
Dalam menggeluti dunia fotografi, Abiprayadi tak pernah belajar dari seorang Fotographer profesional. Namun ia mahir dalam fotografi secara otodidak, menggunakan naluri dan kepekaan dalam melihat momen dan angle, pengalaman memotret hampir 50 tahun sejak 1973, belajar dan terus mempelajari karakter kamera dan teknik meracik antara lensa diagframa, pencahayaan natural dan ASA.