Dalam perjalanannya, Prajogo Pangestu mengganti nama Pacific Lumber jadi PT Barito Pacific. Kemudian bisnisnya terus meningkat hingga mulai go public pada 1993.
Setelah itu keberuntungan Prajogo Pangestu terus meningkat. Ia menguasai bisnis yang luas melalui Barito Group, mulai dari industri kayu hingga petrokimia. Dia mulai karirnya sebagai sopir angkot sebelum bergabung dengan PT Djajanti Group pada tahun 1969 di mana dia mengelola hak pengusahaan hutan di Kalimantan Tengah.
Dengan pengalaman dalam industri kayu, Prajogo mendirikan bisnisnya sendiri pada akhir 1980-an dengan mendirikan CV Pacific Lumber Coy, yang kemudian berkembang menjadi Barito Pacific Timber dalam waktu singkat.
Gurita bisnis Prajogo Pangestu tidak hanya di industri perkayuan, bisnisnya meluas ke bidang petrokimia, minyak sawit mentah, hingga properti. Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Lalu 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Mereka disebut akan memulai mengembangkan situs petrokimia kedua pada 2022. (tim)