Sleman, Yogyakarta, EDITOR.ID. Selasa pagi (14/3/2023) setelah subuh terdengar suara dentuman hingga pukul 05:59 Gunung Merapi kembali muntahkan guguran awan panas, penduduk di sekitar sempat dibuat panik, karena Gunung Merapi pernah meletus hebat menjadikan trauma penduduk disekitarnya.
Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta yang di komandoi oleh Agus Budi Santosa menyatakan pada jelang lagi pukul 05:59 itu telah terjadi muntahan awan panas yang mengarah ke Kali Krasak dengan amplitudo 22 mm dan durasi 126 detik.
Gunung Merapi yang berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah saat ini masih terus aktif memuntahkan laharnya hingga mengepulkan awan panas (abu vulkanik) membumbung tinggi ke langit.
kepulauan awan vulkanik tebal oleh penduduk sekitar disebut wedus gembel terjadi pukul 05.59 WIB dengan jarak luncur 1600 m ke arah Kali Krasak dengan angin bertiup ke arah Tenggara.
Tergantung melihatnya wedus gembel yabg meluncur ke Kali Krasak tersebut, jika melihat dari titik tertentu gumpalan asap berwarna merah kecoklatan karena tertempa oleh sinar matahari pagi.
Dan cuaca disekitar agak sedikit mendung hitam bukan berarti hujan terjadi terpengaruh asap volkanit akibat meletus gunun merapi.
Asap tebal mengepul saat erupsi Gunung Merapi kembali menampakkan diri — terlihat dari desa Tunggularum di Sleman pada 14 Maret 2023.
Berdasarkan pemantauan pos – pos tertentu, hujan abu pada pagi (14)3) itu tercatat sempat turun di 3 desa kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi yang berada di Kabupaten Klaten, antara lain Desa Sidorejo, Balerante, dan Tegalmulyo.
Namun, abu yang turun menurut Jenarto, Ketua RT 16 RW 6 Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang termasuk tipis dan nyaris tidak terlihat.
BPPTKG menghimbau agar masyarakat tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat diminta agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung ini serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar puncak Merapi
Gunung Merapi ini juga tercatat di Pos Babadan ada belasan kali gempa vulkanik dalam dan adanya memuntahkan guguran awan panas ke wilayah Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman hingga dijatuhi hujan abu tipis.
“Jam 07.00 WIB di Kalitengah Lor [hujan abu] tapi tipis saja kok. Paling saat ini sudah enggak,” kata Ketua Komunitas Siaga Merapi (KSM) Glagaharjo, Rambat Wahyudi, dikonfirmasi wartawan, Selasa (14/3).
Hujan abu tipis jelang pagi hari itu menurut Rambat tak sampai mempengaruhi aktivitas warga. Terpantau warga disekitarnya masih bisa mempersiapkan acara nyadran kenduri yang merupakan agenda tahunan jelang bulan puasa.
“Sing ngarit ya ngarit, ke pasar yoo ke pasar (yang cari rumput ya cari rumput, yang ke pasar ya ke pasar). Hari ini kan berbarengan dengan acara nyadran kenduri, jadi normal-normal saja,” lanjutnya.
Meski demikian, ia mengakui, warga setempat tetap meningkatkan kewaspadaan karena aktivitas Gunung Merapi ini. Salah satunya, kata Rambat, dengan ronda malam yang selalu aktif.***