Geger! Data Badan Intelijen Strategis TNI Dibobol Hacker, Kapuspen: Data Lama

Pelaku peretasan juga menyediakan contoh (sample) data yang mereka kuasai, dan menjanjikan data lengkap (full set data) kepada mereka yang ingin membayar dalam forum jual beli data gelap di dark web BreachForum. Data ditawarkan lengkap kepada pembeli potensial dengan harga yang bervariasi.

Kepala Pusat Penerangan TNI (Kapuspen TNI) Mayjen TNI Dr. Nugraha Gumilar (Antara/Aditya Pradana Putra)

Jakarta, EDITOR.ID,- Hacker kembali membobol server milik lembaga negara. Setelah Direktorat Imigrasi, kali ini giliran server Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI dihack atau diretas. Untuk pengamanan, server milik BAIS tersebut langsung dinonaktifkan sementara waktu.

Hal ini dilakukan untuk kepentingan penyelidikan setelah aksi peretasan terhadap data BAIS oleh peretas MoonzHaxor.

Kepala Pusat Penerangan TNI (Kapuspen TNI) Mayjen TNI Nugraha Gumilar juga memastikan data-data yang berhasil diretas itu merupakan informasi lama yang sempat dirilis pada tahun ini.

“Data yang berhasil diretas merupakan data lama yang telah dikeluarkan pada tahun 2024. Saat ini, server telah dinonaktifkan untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut,” ujar Nugraha saat dihubungi di Jakarta sebagaimana dikutip dari Antara, Kamis (27/6/2024).

Akun @FalconFeeds.io yang rutin memantau aktivitas siber termasuk dari situs gelap (dark web), pada Senin (24/6/2024) mengumumkan, MoonzHaxor berhasil meretas di sistem BAIS, dan mengeklaim telah menguasai sejumlah data milik BAIS TNI.

Pelaku peretasan juga menyediakan contoh (sample) data yang mereka kuasai, dan menjanjikan data lengkap (full set data) kepada mereka yang ingin membayar dalam forum jual beli data gelap di dark web BreachForum. Data ditawarkan lengkap kepada pembeli potensial dengan harga yang bervariasi.

Harga yang ditawarkan MoonzHaxor di forum itu sebesar US$ 1.000 untuk database 2.000 pengguna berukuran 773 kilobita (kb), dan US$ 7.000 untuk data-data rahasia berukuran 33,7 gigabita.

MoonzHaxor juga menawarkan untuk memperlihatkan sejumlah data rahasia yang diambil dari database BAIS, termasuk dokumen-dokumen periode 2020–2022.

Pelaku peretasan yang sama pada minggu lalu juga mengumumkan dia berhasil meretas sistem Indonesia Automatic Finger Indentification System (INAFIS) Kepolisian Negara Republik Indonesia. Data-data yang diklaim diretas dari sistem INAFIS mencakup gambar sidik jari, alamat email, dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi.

Data-data itu dijual oleh MoonzHaxor seharga US$ 1.000 (setara Rp16,3 juta).

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Purn. Hinsa Siburian menjelaskan bahwa data-data yang diklaim diretas oleh MoonzHaxor itu data-data lama.

“Ini sudah kami konfirmasi dengan kepolisian, bahwa itu adalah data-data lama mereka yang diperjualbelikan di dark web itu,” kata saat jumpa pers di Jakarta, Senin (24/6/2024).

Dia menjelaskan bahwa sistem Polri saat ini tidak mengalami gangguan dan tetap berjalan dengan baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: